Mohon tunggu...
Khalula Nurul Oktoviani
Khalula Nurul Oktoviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Ibn Khaldun Bogor

Halo saya Khalula Nurul Oktoviani hobi saya menyanyi, Kini saya sedang menempuh jenjang S1 di Universitas Ibn Khaldun Bogor prodi Komunikasi & Penyiaran Islam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Komunikasi Nonverbal pada Film 172 Days

4 Januari 2024   15:53 Diperbarui: 4 Januari 2024   16:35 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.instagram.com/172daysfilm?igsh=MXFhYWs2bDA0ZnlpYQ==Input sumber gambar

film 172 days yang tayang pada 23 November 2023 ini  kerap diperbincangkan di berbagai media sosial. Pasalnya kisah viral yang bermula dari tulisanya yang mengangkat kisah nyata dari kehidupan penulis yaitu Nadzira Shafa yang menceritakan tentang perjalanan cinta penulis sendiri, perjalanan untuk memutuskan menikah diusia yang masih sangat muda, dihadapi dengan berbagai macam problematika kehidupan setelah pernikahan, manisnya sebuah percintaan yang halal hingga kisah cinta yang cukup singkat namun membahagiakan ini pun terpisahkan oleh takdir.Tulisan dengan judul 172 Days merupakan sebuah karangan yang sejak saat itu mewakili kondisi Zira.

172 days tidak hanya menjadi karya sinematik yang memikat perhatian melalui dialog dan plot, tetapi juga mengeksplorasi keterampilan komunikasi nonverbal untuk mendalamkan pengalaman penonton. Dalam film ini, ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan elemen-elemen nonverbal lainnya menjadi kunci untuk memahami konflik, emosi, dan evolusi karakter.

Ekspresi wajah, sebagai salah satu elemen terpenting dalam komunikasi nonverbal.Dalam momen-momen kritis, perubahan ekspresi karakter mencerminkan perasaan yang sulit diungkapkan lewat kata-kata. Penonton dapat merasakan kegembiraan, kesedihan, atau bahkan kebingungan melalui setiap nuansa ekspresi wajah yang ditampilkan.

Gerakan tubuh juga memainkan peran signifikan dalam menyampaikan pesan dalam film ini. Gestur tangan, postur tubuh, dan gerakan keseluruhan karakter menciptakan dimensi tambahan yang menggambarkan kompleksitas emosional dan psikologis. Misalnya, sebuah gerakan sederhana bisa mengandung makna mendalam, seperti simbol tangisan tanpa air mata atau senyuman yang mengandung kesedihan

Pemilihan kostum dan setting dalam film ini juga memberikan kontribusi terhadap komunikasi nonverbal. Kostum yang dipilih dengan teliti dapat mencerminkan kepribadian karakter atau mengisyaratkan perubahan dalam perkembangan cerita. Latar belakang yang digunakan dalam pengambilan gambar juga dapat memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh sutradara tentang nilai-nilai atau konflik yang terjadi.

Selain itu, penggunaan musik dan suara sebagai elemen nonverbal turut memperkaya pengalaman penonton. Melodi yang tepat dapat menguatkan emosi yang diperlihatkan oleh karakter, memberikan dimensi ekstra pada narasi, dan meningkatkan imersi penonton ke dalam alur cerita.

Dengan memanfaatkan komunikasi nonverbal secara efektif, 172 Days bukan hanya sekadar film, tetapi sebuah pengalaman sinematik yang membangun hubungan emosional dan psikologis dengan penonton. Melalui ekspresi wajah, gerakan tubuh, pemilihan kostum, dan musik, film ini berhasil menciptakan narasi yang mendalam dan menggugah perasaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun