Mohon tunggu...
Khalis Yafi yusticio
Khalis Yafi yusticio Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa dengan jurusan psikologi di universitas 17 Agustus 1945 Surabaya. Saya mempunyai ketertarikan dalam sepakbola.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Dekonstruksi menurut Derrida

30 Desember 2023   15:26 Diperbarui: 30 Desember 2023   15:46 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jacques Derrida ialah seorang filsuf Prancis pada abad ke-20. Beliau dikenal karena kontribusnya dalam pengembangan teori dekontruksi. Pada saat itu Derrida menggugat ide-ide tradisionalnya tentang kestabilan makna dan bahasa. Beliau juga mengajukan sebuah pertanyaan kritis tentang hierarki, oposisi, dan pusat dalam teks. Pendekatan Derrida sangat kompleks terhadap dekontruksi, yaitu mengajak kita untuk mempertanyakan tentang keyakinan atau asumsi kita terhadap sebuah realitas dan merayakan keragaman interpretasi. Namun hal tersebut menjadi kontroversial bagi sebagian orang. Meskipun begitu, warisan intelektual Derrida tetap relevan dalam memahami suatu dinamika bahasa, kekuasaan, dan pemikiran dalam konteks filosofi modern.

Pada tahun 1960, Derrida memperkenalkan teorinya. Yaitu sebuah teori dekonstruksi yang telah menjadi salah satu konsep intelektual yang paling berpengaruh dalam bidang filsafat dan sastra. Derrida mengkritik ide-ide yang dianggap sebagai oposisional dan bersifat hierarkis, sehingga hal tersebut menjadi tantangan fondasi dalam pemikiran Barat tradisional.

Derrida menolak pandangan tentang bahasa adalah sebuah alat yang transparan untuk menyampaikan pikiran tanpa distorsi. Menurut Derrida, bahasa memiliki lapisan-lapisan tersendiri yang tidak pernah sepenuhnya dapat diartikan dengan cara yang pasti. Konsep utama dalam teori dekonstruksi adalah "diferans", yang diartikan bahwa suatu ide yang menyoroti ketidakpastian dan pergeseran makna dalam bahasa. Pada konsep tersebutlah, Derrida menunjukkan bahwa bahasa memang memiliki sifat yang terus berubah, serta makna yang dapat tetap stabil. Bagi Derrida, setiap interpretasi akan bergantung pada konteks dan referensi budaya yang saling berhubungan.

Selain itu, Derrida juga memperkenalkan gagasan "binary opposition" yaitu gagasan yang mengacu pada pemahaman tradisional yang membagi dunia menjadi pasangan berlawanan. Contohnya seperti hitam dan putih, baik dan buruk. Derrida menunjukkan bahwa hierarki ini menciptakan suatu ketidakadilan dan penindasan, sehingga Derrida mencoba untuk meruntuhkan struktur ini. Derrida juga menggali konsep-konsep seperti "trace" yang menunjukkan sebuah keberadaan sesuatu yang tidak sepenuhnya hadir, tetapi selalu meninggalkan jejak. Hal tersebut mencerminkan cara teks yang memiliki kerentanan terhadap interpretasi yang beragam.  

Meskipun teori dekonstruksi Derrida seringkali sulit untuk diakses, namun dampaknya tetap meluas ke berbagai disiplin ilmu. Dengan menantang keyakinan tentang kestabilan bahasa dan struktur sosial, maka Derrida mengundang kita untuk membuka pikiran terhadap ketidakanpastian dan keragaman makna. Banyak kritikus dan sarjana yang terus mengembangkan, serta menerapkan konsep-konsep Derrida dalam pemahaman mereka terhadap karya seni budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun