Mohon tunggu...
Khalista
Khalista Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya seorang mahasiswa yang ingin banyak mengeksplorasi hal-hal yang menarik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tergesernya Seni Daerah oleh Seni Asing

16 Mei 2024   09:30 Diperbarui: 16 Mei 2024   09:37 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia dianugerahi dengan lebih dari 17.000 pulau yang kaya akan seni daerah. Seni lahir adalah untuk mengekspresikan kreatifitas individu maupun kelompok. Kesenian tentu dimiliki oleh tiap daerah dan masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Seni daerah memiliki peran yang sangat penting dalam membangun identitas nasional. Di Indonesia, seni daerah menjadi ciri khas yang memperkaya warisan budaya kita. Jadi sudah seharusnya kita bangga terhadap seni-seni daerah yang kita miliki. Namun, di era yang semakin maju, segala informasi dapat kita ketahui. Nyatanya, semakin banyaknya seni asing yang masuk ke Indonesia semakin terger juga seni daerah Indonesia. Seni asing memengaruhi gaya hidup masyarakat. Dari musik, fashion, dan desain banyak dijadikan patokan di Indonesia. hal-hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Ada beberapa faktor yang memengaruhi seni daerah tergeser dengan seni asing, yaitu:

  • Globalisasi dan Teknologi: hal ini membuat seni asing masuk dan menyebar ke seluruh daerah dengan cepat. Minat dan gaya hidup Masyarakat asing banyak diadopsi Masyarakat Indonesia. Selain itu, kita juga mendapatkan wawasan akan kesenian dari negeri asing yang dapat menumbuhkan sikap menghargai keberagaman yang ada. Misalnya, sekarang sedang maraknya Korean wave (gelombang korea) dimana pecinta musik k-pop menjamur di kalangan anak muda. Bahkan style fashion dari negeri gingseng itu marak digandrungi. Ketertarikan terhadap seni modern semakin meningkat dibanding seni daerah yang dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Padahal seni tradisional juga tidak kalah keren dan menarik dengan seni seni asing. Menurunnya minat anak muda pada seni tradisional  sangat memprihatinkan. Kecintaan terhadap seni asing ini juga dapat tumbuh melalui idola anak muda yang menciptakan tren-tren seni dari negara asalnya.
  • Kurangnya apresiasi terhadap seni daerah: semakin hari geberasi mudah terpengaruh oleh seni asing. Banyak yang beranggapan seni daerah terkesan kuno atau ketinggalan zaman. Padahal seni tradisional mempunyai makna yang mendalam dan keestetetikannya tersendiri. Padahal di luar sana, banyak warga asing yang menyukai seni daerah kita. Hal itu seharusnya bis akita jadikan kesempatan untuk mempromosikan seni tradisional.
  • Kurangnya inovasi: memang bagus jika kita mempertahankan nilai-nilai tradisional, namun ada kalanya kita juga mengikuti perkembangan zaman. Dalam pertunjukkan seni seharusnya dikolaborasikan dengan teknologi masa kini tanpa harus menghilangkan nilai asli dari seni tersebut. Missalnya, mengadakan pertujukkan wayang dengan ditunjang adegan-adegan cinematic.

Sebagai generasi muda, kita mengembang tanggung jawab dalam melestarikan dan mempromosikan seni daerah di Indonesia. Jangan mau hanya dengan menjadi konsumen seni asing saja. Kita harus menjadi penggerak, yang menyebarkan seni daerah dan menunjukkan bahwa seni daerah tidak kalah dengan seni asing. Sebenarnya perkembangan globalisasi dan teknologi juga memiliki sisi positif. Jika kita memanfaatkan dengan baik dan bijak, seni daerah Indonesia juga bisa menyebar dan menjadi tren di berbagai daerah dan negara. Dalam menjadikan seni daerah yang terkenal, pemerintah juga harus berpartisipasi untuk mendukung jalannya program ini. Pemerintah sekarang menerapkan ekstrakurikuler wajib terhadap kesenian melalui menteri pendidikan. Pemerintah juga harus mendukung dengan memfasilitasi para seniman dan mempermudah akses pertunjukkan seni. kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dapat dilakukan seperti mengadakan acara seni tradisional di balai kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun