Mohon tunggu...
Sastri Khalissa
Sastri Khalissa Mohon Tunggu... Freelancer - Starting my writing journey

Communication is the key.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Digital Nomad, Tren di Kalangan Muda Kini

3 Desember 2019   02:56 Diperbarui: 3 Desember 2019   03:16 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Digital nomad dapat didefinisikan sebagai orang yang dapat mengerjakan pekerjaannya menggunakan teknologi digital dengan tidak terpaku oleh tempat dan waktu. Para digital nomad ini, bahkan dapat mengerjakan pekerjaannya saat liburan. 

Ada juga tempat di mana kita dapat menemukan dengan mudah seorang digital nomad, yaitu adalah co-working space. Seperti dikatakan oleh Mark Corbett, Co-founder dari Pace Ventures pada theguardian.com bahwa co-working space muncul sebagai alternatif dari ruang di gedung perkantoran yang relatif mahal. Kebutuhan atas ruang kerja muncul karena banyak bisnis start-up dan semakin diminatinya freelance job.

 Seorang digital nomad biasanya memiliki motif positif untuk menjalankan lifestyle seperti itu, seperti dampak finansial yang lebih menjanjikan dan mencari pekerjaan yang lebih fleksibel dalam waktu dan tempat pengerjaannya.

Di Indonesia sendiri, start-up juga kian banyak. Start-up mengindikasikan gaya hidup digital nomad juga semakin berkembang di negara kita sekarang. Apalagi dengan iming-iming gaji yang lebih banyak karena mewajibkan kemampuan yang lebih professional, anak muda sekarang semakin terpacu untuk mengembangkan potensinya terkhusus dibidang pekerjaan yang dapat di remote melalui internet. Selain itu akses internet yang semakin cepat dan murah, teknologi yang dapat menghubungkan kita dengan seorang klien namun terhalang jarak. Pekerjaan paling populer yang dijalani seorang digital nomad adalah, IT analyst, software development, graphic designer, tutor, video editor, dan lain-lain.

Setelah banyak hal yang positif yang telah dijabarkan diatas, ada juga hal negatif yang dihasilkan dari gaya hidup digital nomad. Beberapanya dalah ketergantungan dengan WiFi, adanya visa untuk pekerja yang kadang susah didapatkan oleh kalangan Asia, batasan kebudayaan seperti kendala bahasa, asuransi jiwa nternasional ketika berpergian ke luar negeri yang sangat mahal. Namun sejatinya, setiap masalah pasti memiliki solusinya.

Menjadi seorang digital nomad berarti tidak mempunyai regulasi yang mengikat dirinya kepada sebuah korporat. Karena itu dibutuhkan kedisiplinan yang kuat agar bisa menggapai kesuksesan yang dicita-citakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun