Mohon tunggu...
Khalish Zeinadin
Khalish Zeinadin Mohon Tunggu... Jurnalis - Anggota Redaksi di Lembaga Pers Mu'allimin

Seorang pelajar sekaligus penulis yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Melalui media inilah, saya ingin berpikir dan mencurahkan hasil pemikiran saya lewat sebuah kata yang menjadi narasi dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menggapai Harapan Baru di Tahun Baru

1 Januari 2025   10:24 Diperbarui: 1 Januari 2025   10:34 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perayaan Malam Tahun Baru (sumber: freepik) 

"Ingin hadir dalam balutan yang lebih baik dari sebelumnya", banyak sekali harap itu terucap dari bibir mereka. Seakan-akan diri mereka benar-benar sudah dilatih untuk tak lagi mengulang kesalahan yang sama. Namun, bagaimana jika harapan itu tak pernah terjadi? Sebuah pernyataan yang hanya akan menjadi sebuah angan-angan belaka di setiap tahunnya.

Tak terasa, tahun 2024 resmi berakhir tadi malam. Dengan segala suka-cita seluruh warga dunia dalam merayakannya. Terlebih di Indonesia, hampir seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan turut andil dalam perayaan Malam Tahun Baru 2025. Apalagi para remaja, mereka merayakan Malam Tahun Baru 2025 dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari pesta kecil-kecilan, makan bersama dengan menu spesial, menyalakan kembang api, berkumpul dengan keluarga, teman, atau kekasihnya.

Ada pula yang hanya berdiam diri di kamar, atau nonton film favorit sampai pukul 23.59. Dan, puncaknya biasanya terjadi di perkotaan, saat kembang api menghiasi langit dengan keindahannya.

Sayangnya, di Indonesia masih belum bisa terlepas dari isu negatif mengenai kegiatan yang dilakukan para remaja saat perayaan Malam Tahun Baru. Perayaan yang mereka lakukan identik dengan kegiatan negatif. Seperti mabuk-mabukan, balapan liar, perkelahian, bahkan sampai melakukan perzinaan. Cukup miris jika kita liat lebih mendalam. Pasalnya, mereka masih remaja, bahkan pendidikan wajib pun belum mereka selesaikan, orang tua pun belum sempat dibahagiakan.

Lalu, bagaimana dengan narasi "ingin lebih baik dari tahun sebelumnya"? Jika mereka mengawali tahun baru dengan kegiatan negatif? Secara tak langsung mereka t'lah mengingkari perkataan yang keluar dari mulut mereka. Bagi mereka yang sudah kalah oleh hawa nafsunya akan begitu menyesal setelah melakukan hal-hal negatif tersebut.

Namun, masih ada harapan untuk kembali bangkit dari semua itu. Dan, masih ada harap untuk mewujudkan narasi yang pernah dikeluarkan dari mulut sebelum malam tahun baru. Sebab, jika mereka mampu untuk kembali ke kehidupan yang berbau positif, dan mengisinya dengan kegiatan-kegiatan positif, maka mereka akan menjadi lebih baik ke depannya, serta dapat mewujudkan narasi yang pernah diucap tersebut.

Terakhir, sebagai seorang manusia yang sudah pasti memiliki banyak kesalahan, marilah kita maafkan diri kita yang dulu dan saatnya untuk menjemput diri kita yang lebih siap ke depannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun