Mohon tunggu...
Khalish Zeinadin
Khalish Zeinadin Mohon Tunggu... Jurnalis - Anggota Redaksi di Lembaga Pers Mu'allimin

Seorang pelajar sekaligus penulis yang haus akan ilmu dan pengetahuan. Melalui media inilah, saya ingin berpikir dan mencurahkan hasil pemikiran saya lewat sebuah kata yang menjadi narasi dalam sebuah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Pilihan

Santri Dakwahnya ke Benda Mati? Kok?

6 Desember 2024   21:41 Diperbarui: 6 Desember 2024   21:43 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah seorang santri mendakwahi tiang listrik. (Sumber: Camera Khalish) 

Yogyakarta --- Berdakwah tentunya bukan hal yang asing bagi kita. Bahkan, di era sekarang, dakwah menjadi hal yang begitu penting untuk generasi muda saat ini. Seperti, yang Penulis lihat hari ini di Yogyakarta, tepatnya di Masjid Gedhe Kauman dan Pasar Ngasem. Puluhan hingga ratusan santri sedang berdakwah kepada masyarakat sekitar.

Namun, terdapat beberapa momen yang berhasil men-distract fokusnya Penulis. Pasalnya, Penulis kaget terhadap cara dakwahnya para santri yang menjadikan benda mati sebagai objek sasaran dakwahnya mereka. Yang menjadi pertanyaan, mengapa mereka mendakwahi benda mati? Apakah mereka menyamakan benda mati itu layaknya manusia?

Setelah meneliti lebih dalam, akhirnya Penulis mampu menjawab pertanyaan yang tiba-tiba muncul dengan sendirinya. Alasan yang begitu masuk akal untuk dijadikan sebagai jawaban atas kebingungan Penulis sendiri.

Santri mendakwahi pohon. (Sumber: Camera Khalish) 
Santri mendakwahi pohon. (Sumber: Camera Khalish) 

Mereka mendakwahi benda mati, bukan tanpa alasan. Para santri menjadikan benda mati, seperti tiang listrik, papan pengumuman, mobil, motor, dan semacamnya sebagai objek sasaran dakwah. Karena, mereka ingin melatih mental keberanian yang mereka miliki.

Mungkin, beberapa masyarakat kebingungan terhadap tingkah laku mereka, Penulis pun juga sama bingungnya. Akan tetapi, itulah poin utama yang didapat oleh santri tersebut. Mereka berani mendakwahi benda mati, meski pun dipandang aneh oleh masyarakat sekitar.

Dengan cara seperti itu, secara tidak langsung mental keberanian mereka menjadi terbentuk. Membentuk mental dakwah tak selalu dengan cara mendakwahi benda hidup, dengan mendakwahi benda mati pun, mental mereka akan terbentuk sedikit demi sedikit. Karena mereka sudah berani berdakwah di tengah umum, meski benda mati yang menjadi objeknya.

Tak ayal, jika itu alasan mereka untuk melatih mental. Sebab, dalam berdakwah harus memiliki mental keberanian yang kuat. Oleh karena itu, penting sekali membentuk mental sejak dini. Sebab, entah itu lima hingga sepuluh tahun ke depan, dunia akan membutuhkan orang-orang yang memiliki mental dakwah yang kuat.

Wallahu a'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun