penjual es teh dalam sebuah pengajian di Magelang, pada 27 November 2024 lalu.
Miftah Maulana atau Gus Miftah kembali menjadi bahan perbincangan hangat di publik, usai ucapan kasar beliau terhadap salah seorangUcapan kasar beliau menimbulkan ribuan kritik dari masyarakat Indonesia, bahkan mendapat teguran dari Istana Negara. Sebagai seorang pendakwah, sudah selayaknya menampilkan adab yang baik terhadap masyakaratnya, apalagi saat pengajian berlangsung.Â
Mengingat jabatan beliau dalam Kabinet Presiden, yakni sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan, hal itu harusnya membuat beliau lebih sopan dan bisa menjaga tata kramanya terhadap masyakat.
Jauh sebelum peristiwa ini terjadi. Beberapa dari kita mungkin sudah mengenal dan tahu, bagaimana cara dakwah Gus Miftah pada masyarakat. Namun, peristiwa kemarin tetaplah tidak dapat ditoleransi. Pasalnya, ucapan kasar beliau memang tidak pantas untuk diucapkan di tengah pengajian yang isinya ratusan jemaah.
Dalam posisi ini, Gus Miftah tetaplah salah, karena telah membuat penjual es teh tersebut menjadi sakit hati atas ucapan dari Gus Miftah. Akan tetapi, pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengajak para pembaca kompasiana untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda.
Penulis ingin mengajak para pembaca untuk melihat bagaimana jadinya jika mental minta-minta terus berjalan di kalangan masyarakat Indonesia? Karena, jauh sebelum pengajian di Magelang, Gus Miftah juga sering memborong dagangan para penjual minuman es saat pengajian berlangsung.
Jika memang tujuan dari bapak penjual es teh tersebut ingin jualannya segera diborong oleh Gus Miftah saat itu juga, sungguh miris sekali. Dalam artian, beliau sama seperti orang yang minta-minta, yang hanya diam tanpa ada usaha.
Setelah peristiwa di pengajian malam itu, salah satu tokoh pemuka agama ikut bersimpati atas hal yang menimpa bapak penjual es teh tersebut. Sampai-sampai memberikan hadiah umrah gratis pada bapak penjual es teh itu. Dalam hal ini tidak ada yang salah, hanya saja cara memberinya kurang tepat.
Bayangkan saja, di luar sana pasti masih ada penjual es yang mirip dengan bapak penjual es teh di pengajian malam itu. Bahkan, dari mereka mungkin ada yang lebih memprihatinkan. Jika saja hal ini terus terjadi, jiwa minta-minta alias jiwa pengemis akan semakin berkembang dalam diri mereka.
Tragedi saat pengajian tersebut akan menjadi senjata utama mereka untuk membangkitkan jiwa pengemis dalam diri mereka. Jika hal ini terus tejadi, jangan heran. Mungkin, suatu saat nanti banyak dari mereka ingin merasa dikasihani kepada orang-orang atas. Padahal Islam sudah sangat tegas menyebutkan dalam hadis Nabi, yang berbunyi:
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah" diriwayatkan oleh Imam al-Bukhri dan Muslim.