Mohon tunggu...
Khalis Rista Wibowo
Khalis Rista Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - Analis Anggaran

Berpikir Sebelum Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Masa Depan Penganggaran untuk Dunia Riset Paska Munculnya BRIN (Sebuah Opini)

23 Mei 2022   09:00 Diperbarui: 23 Mei 2022   09:05 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertanyaannya, dapatkah BRIN mengelola Rp 3,03 triliun untuk PERI ? Apalagi dalam berbagai kesempatan, Kepala BRIN selalu menyatakan bahwa tingkat keberhasilan riset hanya 20 %. Tidak heran kalau porsi pendanaan untuk riset hanya diplot berkisar 10 %. Demi mengatasi masalah tersebut, ditempuh berbagai cara seperti mencari dana eksternal dan open laboratory. Konsep open laboratory sudah dilaksanakan oleh BRIN. Hal yang kita tunggu ialah bagaimana konsep dan mekanisme pendanaan eksternal untuk program teknis risnov iptek. Jangan sampai definisi pendanaan eksternal juga mencakup pendanaan untuk program dukungan manajemen.

Dana Rp 6,09 triliun yang diberikan ke BRIN perlu dialokasikan dan dikelola dengan baik. Perlu optimalisasi penganggaran agar Program PERI yang sudah dirancang dapat berjalan dengan baik. Supaya dapat berjalan dengan baik, penganggaran sebaiknya didasarkan pada basis kinerja. Penerapan anggaran berbasis kinerja idealnya dilakukan dengan memperhatikan 3 aspek. Tiga hal tersebut ialah indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja. Indikator kinerja mencerminkan tolok ukur untuk meraih sasaran program. Indikator kinerja yang baik akan selalu berprinsip pada 5 hal. Lima hal tersebut ialah spesifik, measurable, achievable, relevant, time frame. 

Dalam konteks BRIN, indikator kinerja untuk program riset biasanya dalam bentuk jumlah publikasi ilmiah dan jumlah kekayaan intelektual yang dihasilkan. Publikasi ilmiah dan kekayaan intelektual memerlukan biaya yang tidak sedikit. Atas dasar tersebut, wajib hukumnya standar biaya disusun. Standar biaya ini bisa berupa standar biaya masukan, standar biaya keluaran, dan standar struktur biaya. Adanya standar biaya membuat kita tahu berapa dana yang idealnya dibutuhkan untuk pelaksaanan suatu kegiatan. Begitu menjalankan kegiatan, ternyata realisasinya tidak sesuai dengan rencana kinerja yang telah ditetapkan. Itulah kenapa harus ada evaluasi kinerja. Evaluasi kinerja bisa dimulai dari menganalisis gap yang terjadi sekaligus merumuskan berbagai solusi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun