Mohon tunggu...
khalisah1864
khalisah1864 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memiliki hobi menulis dan membaca cerita fiksi, imajinasi itu hiburan gratis yang maknyus, asek.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

wira-swari (Chp.1)

8 Oktober 2024   21:10 Diperbarui: 8 Oktober 2024   21:12 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

.

Keadaan istana kian memanas di minggu kedua penyelidikan. Para pengkhianat memang licik, mereka mencoba membalikkan fakta yang ada di saat Prameswari sedang sibuk dengan istana yang ditinggalkan sang Raja pergi untuk urusan diplomatik

Di balik bayng-bayang, sebuah rumor mulai menyebar di dalam istana, bahwa Prameswari terlibat dalam rencana kudeta, bersekongkol dengan musuh dari kerajaan barat. Awalnya, Wiraguna yang baru kembali tidak memercayai rumor itu, namun hari demi hari, desas-desus itu semakin mengakar hingga membuat hatinya mulai goyah

"Aku tidak menyangka, Prameswari bisa melakukan hal ini. Apa kebaikan yang telah dilakukannya hanyalah topeng belaka?" gumamnya berulang kali. 

Namun, saat bukti-bukti diserahkan, tanpa diketahui sang Raja bahwa semua itu direkayasa. Dia pun menyerah pada kecurigaan. Dan jatuhlah keputusan yang akan ia sesali seumur hidup.

Sang Raja menghadirkan Prameswari di ruang sidang. Dengan mata menyorot dingin dan penuh kekecewaan, dia mendakwa istrinya sendiri telah berkhianat. Prameswari, dengan perasaan terluka menatap sang suami "Aku tidak pernah mengkhianatimu. Aku bersumpah demi tuhan yang menggenggam nyawaku!"

"Jangan membawa nama Tuhan atas tingkah kejimu" karena dalam amarah dan rasa dikhianati,  membuat Wiraguna tidak memperdulikan ucapan dari sang istri. "Hukuman untuk pengkhianat adalah kematian!" dia memutuskan dengan nada suara dingin, menghancurkan hati istrinya.

"Tunggu, setidaknya dengarkan aku!"

"Tidak ada gunanya lagi hal itu"

Prameswari dipaksa meminum racun yang membuatnya memuntahkan cairan merah kental  dan dadanya menjadi sesak. Membuatnya kesulitan bernapas. Dengan penglihatan yang perlahan membuaram, ia melihat suaminya sendiri berjalan menjauh meninggalkannya sendirian di dalam ruang penghakiman seorang diri.

'Tidak boleh berakhir seperti ini!' teriak batinnya mencoba memberi semangat kepada dirinya sendiri agar bisa menggerakkan jari tangan, menulis sesuatu di lantai menggunakan darahnya sendiri. Setelah mengucapkan sesuatu, tulisan tersebut langsung menggumpal dan membentuk seekor burung berwarna merah yang terbang melesat menuju matahari terbenam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun