Mohon tunggu...
khalisa adityas azzahra
khalisa adityas azzahra Mohon Tunggu... -

nanana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beasiswa dan Tiket Konser

7 Juni 2014   02:16 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:56 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Program beasiswa merupakan program pemberian dana kepada mahasiswa yang berprestasi maupun yang tidak mampu atau berprestasi tapi tidak mampu. Jika pada saat ada pengajuan beasiswa yang terpampang di mading atau di website, banyak yang tertarik dan ikut mengajukan dengan mengumpulkan berkas-berkas yang diperlukan. Tetapi anehnya, mereka yang dari kalangan bermodal juga turut ikut mengajukan, terus untuk apa mereka ikut mengajukan? Apa mereka tidak mempunyai rasa kesadaran atau hanya ingin memanfaatkan untuk kesenangan mereka, untuk berfoya-foya? Apalagi kalau nama mereka lolos seleksi, apa mereka menggunakan beasiswa tersebut untuk semestinya? Tidak! Kebanyakan dari mereka menggunakannya untuk foya-foya dan membeli barang yang mereka inginkan. Kalau kenyataannya seperti itu, lantas bagaimana nasib mereka yang benar-benar membutuhkan dana tersebut? Haruskah posisi mereka tergeser oleh kalangan manusia bermodal? Sungguh ironis sekali cara berfikir mereka. Harusnya mereka lebih peduli pada keadaan dan kondisi teman-teman mereka yang membutuhkan.

Saya yakin disekitar kalian pasti juga banyak yang melakukan hal seperti itu, tak terkecuali disekitar saya. Sebagai contoh, tetangga saya dari kalangan keluarga mampu, dan mengajukan beasiswa akhirnya lolos, lantas apa yang terjadi? Gadget baru, penampilannya modis dan selalu baru. Karena saya agak dekat saya pernah iseng bertanya, kenapa sekarang dia sangat modis, lalu dia jawab dengan santai uang beasiswa. Ini fakta! Hal senada juga saya dengar dari orang-orang disekitar saya yang juga mengeluhkan beasiswa yang sangat tidak tepat sasaran.

Belum lama ini, teman sekelas saya lolos dan mendapat beasiswa. Dia dari kalangan yang sangat mampu, kenapa saya katakan sangat mampu? Karena kedua orang tuanya PNS, yang notabene juga mendapat tunjangan keuangan, belum lagi rumahnya yang sangat mewah. Konser boyband luar negeri di Jakarta tahun depan, nampaknya sangat menarik perhatiannya untuk menontonya, penjualan tiket sudah dimulai belakangan ini. Semua fansnya pasti berebut ingin mendapat tiketnya yang harganya berkisar 500ribu-2,5juta rupiah, tak terkecuali teman saya ini. Sedikit percakapan saya dan dia tadi sore:

Saya : jadi nonton konser?

Dia: jadi dong.. gw udah beli tiketnya..

S: online? Terus bayarnya?

D: transfer lewat bank.

S: berapa duit?

D: VIP 2,5 Juta.

S:dapet duit dari mana?

D: uang beasiswa.

S: orang tua lo tau?

D: tau, tapi gw bilang beasiswanya cuma dapet dikit dan sisanya gw nabung, dibiarin orang itu juga termasuk uang gw sendiri, kalo nggak gitu gw nggak dibolehin.

Saya yang saat itu mendengarnya langsung, seketika rasanya ingin menampar mulut itu temen saya. Kenapa? Dia udah punya segalanya, dia dapet beasiswa, tapi nggak digunakan dengan semestinya malah digunakan untuk membeli tiket boyband alay, demi idolanya! Saya yang pada kenyataannya juga mengikuti beasiswa tapi tidak lolos saya sangat kecewa dengan sikap teman saya, saya dari keluarga yang sederhana bahkan untuk membayar kuliah orang tua saya harus pinjam sana sini demi anaknya bisa kuliah. Dan saya sangat yakin jika dia cerita seperti itu kepada teman-teman saya, teman-teman saya pasti juga beranggapan yang sama dengan saya.

Banyak dari mereka yang berprestasi tapi tidak mendapat kesempatan untuk meneruskan kuliah hanya karena keterbatasan ekonomi. Seakan-akan masa depan mereka dirampas oleh kaum mermodal yang menyalahgunakan dana seperti beasiswa untuk menuruti KEEGOISANNYA. Dalam hal seperti ini, seharusnya dibutuhkan kesadaran bagi masing-masing pihak. Toh dana tersebut kurang berarti untuk mereka kaum bermodal, dan akan lebih berarti dan bermanfaat dengan baik apabila untuk mereka yang benar-benar membutuhkan untuk biaya kuliah. Masih banyak orang yang tak seberuntung kita bisa kuliah dan alangkah lebih baik jika mereka juga merasakan apa yang kita rasakan.

Disisi lain peran dari ketua RT atau RW juga sangat berpengaruh, seharusnya mereka juga bersikap tegas menyikapi masalah seperti ini. Ketua RT lebih mengetahui kondisi warga di lingkungan desanya. Harusnya dengan tegas menolak jika ada warga yang bermodal kemudian meminta surat pengantar untuk meminta surat pernyataan tidak mampu ke balai desa. Perangkat desa juga harus teliti, jangan hanya memberikan surat tanpa mengidentifikasi terlebih dahulu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun