Mohon tunggu...
Khalindiya Adiiba
Khalindiya Adiiba Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Antusias dengan musik, perfilman, dan kesenian.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tumbuhan Resak Terancam Punah Akibat Deforestasi di Kalimantan

21 Maret 2024   14:51 Diperbarui: 21 Maret 2024   15:05 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Vatican rynchocarpa P.S.Ashton (Sumber: www.gbif.org)

Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan kekayaan alamnya. Tetapi, seiring dengan berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, kekayaan itu menghilang secara perlahan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh deforestasi yang kian semakin marak. Sejumlah flora dan fauna endemik telah berstatus terancam punah bahkan punah dikarenakan deforestasi. 

Deforestasi merupakan peristiwa hilangnya tutupan pohon dan area hutan yang terjadi akibat aktivitas manusia atau kejadian alam. Secara kuantitatif, deforestasi adalah pengurangan tutupan tajuk pohon menjadi kurang dari ambang minimum sebesar 10% untuk jangka panjang dengan tinggi pohon minimum 5 meter pada areal seluas minimum 0,5 ha.

Berdasarkan data Global Forest Watch, penurunan luas lahan tutupan pohon di Indonesia telah mencapai 26,8 juta hektar sepanjang tahun 2001-2019. Deforestasi tersebut terjadi paling besar pada wilayah hutan Sumatera dan Kalimantan. Riau memiliki luas deforestasi terbesar dengan jumlah 3,81 juta hektar, diikuti dengan Kalimantan Barat dengan 3,46 juta hektar, Kalimantan Tengah dengan 3,38 juta hektar, dan Kalimantan Timur dengan 3,34 juta hektar pada tahun 2001-2019.

Kalimantan adalah satu dari sekian banyak pulau di Indonesia yang mengalami deforestasi ini. Dalam beberapa dekade terakhir, Kalimantan telah kehilangan sepertiga hutannya akibat penebangan, kebakaran, pertambangan dan perkebunan industri. Deforestasi di Kalimantan telah memperburuk risiko kepunahan tumbuhan resak yang berspesies Vatica rynchocarpa, V. havilandii dan V. cauliflora. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan spesies V. rynchocarpa telah dinyatakan terancam punah setelah dalam satu dekade terakhir mengalami penurunan sebesar 70%. Sedangkan, kedua spesies lainnya berstatus kritis terancam punah.

Resak adalah pohon langka berasal dari keluarga meranti atau Dipterocarpaceae. Biasa ditemukan di wilayah Asia Tenggara seperti Indonesia dan Filipina. Di Indonesia, yaitu di wilayah Kalimantan, Maluku, Jawa, Sulawesi, dan Papua Nugini. Memiliki habitat di sepanjang tepian sungai dan hutan dipterokarpa dataran rendah, pada ketinggian hingga 400 mdpl. Hutan dipterokarpa adalah hutan dari jenis tanaman yang berendemik dari Kalimantan. Pohon resak mengandung getah berwarna putih kekuningan, dapat tumbuh hingga mencapai ketinggian 35 meter dengan diameter batang mencapai 70 cm. Ciri lain dari pohon resak ini adalah memiliki buah yang berwarna coklat, memiliki daun hijau tua dan hijau muda dengan elips sempit, dan juga memiliki bunga - bunga kecil berwarna putih kecoklatan.

Peneliti - peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melaporkan bahwa tiga spesies Vatica rynchocarpa, V. havilandii dan V. cauliflora, ditemukan di hutan dataran rendah di wilayah riparain sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Kepunahan tanaman resak ini diakibatkan oleh pertanian, perkebunan, hingga penebangan hutan. Hutan riparian sendiri berada di area dengan status Area Penggunaan Lain (APL) yang tidak dilindungi. Yang menyebabkan kemungkinan akan mengalami deforestasi lebih lanjut.

Urgensi untuk segera melindungi tumbuhan - tumbuhan endemik dari ancaman punah masih kurang dilakukan dibandingkan dengan satwa. Padahal, kedua aspek tersebut memiliki peran sama penting untuk membantu keberlangsungan hidup manusia dan sekaligus menjadi ikon suatu wilayah atau negara. Mari lindungi kekayaan alam kita sebelum terlambat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun