Dalam beberapa hari terakhir, konflik antara Palestina dan Israel kembali berkobar
Pemicunya adalah serangan  terhadap Israel yang dilakukan kelompok Palestina Hamas di Jalur Gaza bagian selatan  pada Sabtu (7 Oktober).Serangan tersebut diyakini terjadi sebagai respons atas berbagai tekanan dan serangan  Israel terhadap Palestina selama bertahun tahun Hingga saat ini, jumlah korban tewas akibat konflik Palestina-Israel dilaporkan mencapai 2.300 orang tewas dan 8.900 orang luka-luka di kedua belah pihak.
Pakar Hubungan Internasional UGM, Dr. Siti Muttiah Setiawati, MA., menjelaskan mengapa Gaza  menjadi wilayah rawan konflik antara Palestina dan Israel "Pemandangan seperti ini sering kita lihat di Gaza Sejak tahun 2008, Gaza menjadi incaran Israel karena kehadiran Hamas yaitu gerakan  kemerdekaan Palestina, Gaza sebelumnya adalah wilayah Mesir, Namun dalam perundingan Oslo tahun 1993, Jalur Gaza menjadi sasaran bukan wilayah Palestina, tapi wilayah kekuasaan adalah wilayah Israel," kata Citi dalam perbincangan DIHI UGM, Jumat (13/10).
Dengan jumlah penduduk sekitar 1,1 juta jiwa, Jalur Gaza merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia Warga Palestina  di Jalur Gaza diketahui kerap mendapat tekanan dari Israel, antara lain menahan bantuan internasional, memutus akses listrik dan air, serta membangun perumahan kumuh Siti menambahkan, posisi Hamas di pihak Palestina semakin mendapat tekanan akibat  perjanjian damai Israel-Mesir yang membuka kemungkinan perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab lainnya. "Jadi kalau melihat konflik ini, ini adalah bentuk tekanan dari Hamas " Karena  sebagai negara jajahan, rasanya aneh jika tidak berperang Selain itu, bantuan untuk Israel dari negara lain  akan  semakin sulit bagi Hamas, Kami mencoba mencari solusi untuk ini Faktanya, seperti halnya di Indonesia, PBB juga terlibat di sini "Tapi Indonesia saat itu  tidak hanya menggunakan kekerasan, tapi juga melakukan negosiasi," tambah Siti Ada banyak upaya perdamaian  dalam konflik Palestina-Israel Sayangnya upaya tersebut tidak membuahkan hasil dan gagal karena terjadi pelanggaran di kedua belah pihak.
Indonesia sendiri secara konsisten mendukung terbentuknya negara Palestina yang merdeka
Hal ini sesuai dengan dasar pemikiran konstitusional bahwa segala bentuk kolonialisme harus dihilangkan dari dunia, Langkah ini menjadi peluang bagi dunia internasional untuk  lebih memperhatikan konflik Palestina-Israel. Profesor Dr. Moctar Masoed menjelaskan, Amerika Serikat tampaknya tidak terlibat dalam konflik Timur Tengah dalam beberapa tahun terakhir. Namun sejak diratifikasinya Deklarasi Abraham Accords,  perjanjian kerja sama antara Israel dan Uni Emirat Arab diprakarsai oleh Amerika Serikat.
"Nah, Abraham Accords adalah tanda rekonfigurasi atau penataan kembali geopolitik Timur Tengah akibat realignment strategis Amerika. Yang ingin saya sampaikan adalah menjelaskan situasi di Timur Tengah. Kita tidak boleh lupa bahwa pengaruh Iran juga berperan dalam konflik ini. Abraham dipandang sebagai langkah diplomatik untuk menyatukan kekuatan melawan pengaruh Iran dan mengakhiri isolasi Israel "Sehingga semangat untuk memperjuangkan Palestina semakin berkurang," kata Mokhtar.
Banyak faktor yang menyebabkan munculnya kembali konflik  Palestina-Israel  antara kedua belah pihak Serangan Hamas terhadap Israel tentu saja bukan awal perang, melainkan rangkaian ketegangan politik yang dimulai bertahun-tahun lalu. Perdamaian kedua negara dapat tercapai jika masyarakat internasional mendengarkan tanpa melibatkan kepentingan lain. Langkah ini diharapkan dapat memberikan secercah harapan bagi konflik Palestina-Israel  dan menghentikan hilangnya jutaan nyawa warga sipil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H