Mohon tunggu...
Khalila Indriana
Khalila Indriana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa fakultas ekonomi yang sedang mengikuti passion-nya untuk menulis. Penulis yang mencerahkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setiap Tusuknya Tak Lebih adalah Doa

23 Oktober 2012   18:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:28 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada seseorang yang pernah mengatakan ini kepada saya:

"Kekuatan sebuah karya bukanlah berasal dari rumitnya atau beragamnya peralatan yang di pakai. Kekuatan sebuah karya adalah berasal dari hati sang penciptanya.

Sebuah karya yang berasal dari hati yang tulus ikhlas akan menjadikan karya tersebut bernilai dan memiliki pengaruh yang kuat dari yang melihat, walaupun karya tersebut dibuat dengan cara dan alat yang sederhana."


Dan itulah yang sedang saya kerjakan, mengasah kreatifitas. Kekuatan detail dan kebaruan.

Be a freshmaker! :)

***
Menjadi seorang crafter bukan perkara yang baru bagi saya. Semenjak saya menyadari suatu hal yang merubah persepsi saya, tentang bidang seni apa yang saya kuasai. Karena jujur, semenjak dulu saya sulit sekali mengenali bakat seni apa yang benar-benar saya kuasai. Boleh di cek list:


Musik. Vocal pas-pasan, tidak menguasai satupun alat musik!
Lukis dan Gambar. Pernah menggambar peta provinsi Jawa Timur, detail sekali. Disangka itu minta tolong digambar oleh sodara, saya kecewa dan melupakannya. Ternyata, kakak saya nomer dua yang jago desain malah.
Menari, pernah ikut cheerleader waktu SMP. Insyaf berhijab, insyaAllah hingga hari ini dan seterusnya. Jadi, maaf tidak berminat mengikuti dance with Agnes, sama sekali! :D
Patung, ukir, pahat, gerabah. Termasuk membuat batu bata juga tak saya kuasai.
Batik. Kakek saya seorang pembatik. Saya bukan, tapi sepertinya darah seni itu ada dalam diri saya. Tinggal mengasahnya.

Saat di SMA, saya asal saja memilih konsentrasi kelas seni yang saya ikuti. Kelas menggambar. Yah, tak seburuk yang saya bayangkan. Saya menggambar perspektif, belajar arsiran,  dan mendapat wejangan yang terus saya ingat dari guru seni saya itu.
"Menarik garis, satu goresan. Jangan diulang-ulang seperti itu. Kalian ini, nampak sekali kepribadian kalian yang ragu-ragu (mulai menerawang). Orang seni itu sah-sah saja menggambar tidak lurus, kalau yang lurus itu adalah penggaris! (mungkin beliau lupa ada penggaris model busur derajat. Dan itu parabola,hehe. Lupakan). Jadi, si bapak guru meng'haram'kan benda bernama penggaris itu di kelasnya.


Hingga akhirnya saya mengingat kembali keterampilan sederhana yang diajarkan oleh pak guru SD saya. Tusuk-menusuk. Eh, seni tusuk hias maksud saya. Iya, guru seni menjahit saya laki-laki lho. Dari yang sederhana itu, subhanallah..luar biasa. Saya bisa merasa lebih hidup dan bebas berkarya. Seingat saya, macam-macam yang beliau ajarkan. Dan hanya 3 tusuk yang paling sering saya gunakan, tusuk jelujur, tusuk feston dan sesekali tusuk tikam jejak.
Saya hanya mendayagunakan keterampilan dan (sedikit) darah seni yang mengalir ditubuh saya untuk berkarya dan bekerja. (ohya, tadi saya sudah bilang kakek saya seorang pembatik, bukan? Benar, saya bukan darah biru. Sumpah! :D) Banyak yang tidak tahu saya selama ini bekerja dengan benda-benda tajam di tangan. Jarum, gunting, lelehan lem tembak, di samping kelembutan kain flanel, dakron empuk dan benang yang tipis. Pekerjaan membuat kreasi dari bahan kain flanel-pun saya tekuni mulai Desember 2008 hingga detik ini.
Menjadi seorang crafter flanel. Menjalankan roda bisnis dengan konsep mengembangkancreativepreneur. "design.art.color" adalah tagline yang diusung produk dengan merek dagang Ichonochan Craft. Desain, sebisa mungkin membuat produk yang kuat dan detil. Bentuk dan jenis produk boleh sama, tapi pasti berbeda dalam proses pengerjaan dan hasilnya. Crafter seperti kami ini bilang, 'teinspirasi' karena sebutan plagiat nampaknya juga kurang pas mengingat kondisi kecanggihan teknologi informasi yang ada.Seni, tentu saja sentuhannya sangat menentukan kekuatan karya. Namun semua itu sama saja bohong tanpa sense memadukan warna. Bagi sebagian orang ini pekerjaan sepele, tapi sebagian lain mengatakan ini bagian dari cara mengimplementasikan sebuah karya.
Entahlah, saya sendiri selama ini hanya bermodal kemauan dan nyaman saja menjalaninya.  Bersamasaudari kembar saya, yang tentunya jauh lebih jago dari saya :D. Seni yang dibisniskan itu hanya soal kreatifitas. Seberapa tinggi kita menghargai hasil karya, maka sebenarnya ide itulah yang mahal. Biarlah orang berkata apa, saya bebas saja mengekspresikan karya seni lewat media yang saya senangi. Fokus, itu saja. InsyaAllah, suatu saat menjadi karya besar asal keyakinan dan ketekunan ini terjaga. Suatu saat akan menjadi karya yang besar, saya yakin. :)
One million miles, start with one step. Mau tahu motivasi terbesar saya? Tusukan pertama beriring tusukan berikutnya, hingga menciptakan sebuah karya. Karena setiap tusukannya adalah tasbih bagi saya bagi Sang Maha Pencipta. Setiap Tusuknya Tak Lebih adalah Doa. Itu saja.


Kekuatan sebuah karya adalah berasal dari hati sang penciptanya.
Saya sangat setuju dengan kalimat tersebut.


Selamat berkarya dengan hati.... :)


@khalilaindriana
Oct, 23rd 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun