Bismillah..
“Setiap pertemuan selalu menimbulkan kesan yang mendalam akan sebuah kerinduan pada hati yang saling terpaut, segalanya terasa hangat dengan nuansa tawa dan tangis haru. Lewat cerita yang mengalir sebagai bagian episode kehidupan seorang manusia. Sebagai bagian ikhtiar untuk menambah jatah menghirup aroma dunia, dan meraih kunci-kunci pembuka rizki yang Ia janjikan. Begitulah cara saya memaknai: silaturahim.” –khona_indriana
Memaknai sebuah pertemuan, setiap manusia memiliki cara sendiri-sendiri untuk mewujudkan apa yang disebut silaturahim. Yakni sebagai bentuk hablum minan-naas, hubungan antar manusia. Dewasa ini berbagai macam gadget tentu sangatlah mempermudah lalu lintas komunikasi yang tiada terbatas oleh jarak dan waktu. Dengan berbagai kesibukan yang ada, memaksa kita tiada pilihan lain untuk menggunakan dengan sebaik-baiknya. Sekedar mengucap salam atau menanyakan kabar, bahagia rasanya ada yang memperhatikan. Maka akan terjalinlah silaturahim yang tak terputus.
Andil besar bagaimana agar selalu terjalin silaturahim adalah kesadaran pribadi bahwa kita tak hidup sendiri. Ada orang lain yang ada di sekeliling kita. Kita hidup membutuhkan peran orang lain, orang lainpun tentu sebaliknya. Baguslah jika kesadaran masing-masing untuk memulai, terus menyambung silaturahim. Bayangkan jika kita berfikir hal yang sama, “Nanti-nanti sajalah aku tanyakan kabarnya, paling dia lagi sibuk”, “Nunggu dia nanyain duluan deh, sungkan mau nyapa duluan” atau “Ah ngapain nanya kabar duluan, orang dia aja gak pernah sms.” Sesulit itukah untuk sekedar menyapa saudara kita terlebih dahulu? Saya rasa hanya karena terlalu menuruti ego semata.
Satu kali pertemuan, berharap akan ada pertemuan berikutnya. Karena dalam setiap pertemuan adalah suatu rangkaian skenario dari-Nya. Tiada selembarpun daun yang gugur yang luput dari pengawasan-Nya. Tak satupun pertemuan (silaturahim) tanpa Allah menjadi saksinya. Maka hanya berharap keridhoan dan keberkahan-Nya lah yang senantiasa kita panjatkan. Dapatkah kita menjadikan setiap pertemuan dengan saudara kita terasa hangat, akrab, dan berkesan? Dapatkah kita menjamu tamu kita dengan perjamuan terbaik yang sanggup kita suguhkan?
Niat yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula. Asalkan dengan cara-cara yang baik pula. Silaturahim, mungkin menjadi suatu amalan yang ringan namun berat bagi timbangan amal baik kelak di yaumul mizan. Apabila kita mau menjalaninya dengan ikhlas, insyaAllah akan selalu ada keberkahan dalam setiap pertemuan. Selalu tingkatkan kualitas dalam setiap pertemuan. Jangan sampai silaturahim hanya diisi dengan ghibah, becanda-becanda yang kurang berfaedah, atau hanya sekedar bertemu tak jelas tujuan. Bertukar pengalaman, berbicara tentang ilmu, berbagi informasi, atau saling bertanya kabar tentu akan lebih manfaat dan mempererat persaudaraan kita.
Jarang silaturahim, hati jadi terasa kering. Jiwa jadi dahaga, seperti ada yang kurang dalam perjalanan hidup kita. Bisa jadi kita sibuk pada banyak hal. Bisa jadi setiap orang, dewasa ini juga merasakan hal yang sama. Merasa tak punya banyak waktu luang. Mari kita ubah paradigma kita. Dari silaturahim jika ada waktu luang, menjadi meluangkan waktu untuk bersilaturahim. Nah, sudah mulai terasa bedanya?
Menjadi pribadi yang baru setiap harinya, menjadikan hidup lebih bermakna. Bertemu orang yang berbeda dan suasana yang berbeda pula, tentu akan lebih menambah kekayaan inspirasi, makin banyak ilmu yang di gali serta mempererat hubungan antar sesama. Alangkah berwarna hidup ini. Kita tetaplah menjadi pribadi yang sama, dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Namun menjadi sosok yang unik bagi setiap orang yang berbeda, dalam setiap pertemuan dengan mereka. Makin kita memahami, bahwasanya Allah memang menciptakan setiap makhluknya sangat berbeda-beda. Namun, manusia khususnya telah diciptakan dengan sebaik-baik bentuk. Yang mana dapat kita lihat, dapat kita rasakan dalam keseharian. Perbanyaklah syukur atasnya.
Akan ada berkah dalam setiap pertemuan, sudahkah silaturahim menjadi salah satu hal yang paling kita rindukan? Wallahua’lam bi ash-shawab.
Pejuang pena, berjihad dengan ilmu lewat goresan tintanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H