Mohon tunggu...
khalif noorindra pratama
khalif noorindra pratama Mohon Tunggu... -

kelas : ilmu komunikasi universitas uin sunankalijaga yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sepenggal Dialog Spiderman

11 Oktober 2014   02:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:32 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya menjadi muak dengan kelakuan para wakil rakyat yang hanya memikirkan kepentingan pribadi , kelompok dan partainya. Padahal mereka dipilih oleh rakyat dengan menebar janji-janji yang senantiasa memperjuangkan kepentingan dan kebutuhan rakyat. Tetapi pada kenyataannya mereka adalah para pengkhianat rakyat yang bekerja atas nama rakyat. Tak sadarkah bahwa rakyat memonitor segala sepak terjang para wakil rakyat yang selalu membuat intrik politik yang bertujuan untuk saling menjatuhkan diantara mereka. Lantas rakyat yang mana yang merekaperjuangkan di gedung megah yang konon adalah rumah rakyat. Omong kosong besar semua itu , tak ubahnya mereka adalah kumpulan anak TK yang berebut mainan.

Tak sadarkah mereka atau lupakah mereka dengan sejarah bangsa ini ? Yang ternyata negeri ini dibangun diatas tumpahan darah , kucuran keringat dan aliran air mata yang tak berkesudahan.Intrik politik dan perebutan kekuasaan silih berganti seiring dengan pergantian generasi dan dinasti. Bangsa ini dimulai dengan kejayaan dan diporakporandakan dengan perebutan kekuasaan dengan meghalalkan segala cara. Tak peduli dengan hubungan keluarga dan tatakrama social , yang penting adalah kekuasaan , kedudukan dan kekuatan. Tengok saja mulai dari sejarah majapahit yang dihancurkan oleh kalangan para trah kerajaan yang saling berebut kekuasaan. Yang pada akhirnya melahirkan kerajaanDemak , di masa inipun kejayaan Demak tidak berlangsung lama karena ada perpecahan juga. Yang kemudian terbentuk kerajaan Pajang yang setali tiga uang keadaannya , tak berumur panjang karena perpecahan juga. Pada masa kerajaan Mataram Islam pasca kerajaan Pajang , keadaan mulai terlihat kebesaran dan wibawanya hingga ke generasi Sultan Agung. Kerajaan Mataram Islam mulai pudar karena munculnya masa kolonialisme Belanda. Yang pada akhirnya kebesaran Mataram Islam pun runtuh karena politik adu domba dan pecah belah yang dimainkan oleh Belanda.Tidakkah kita berkaca pada sejarah yang telah dilalui bangsa ini ? Apapun perpecahan dan konflik hanya akan menghancurkan dan mengkerdilkan prestasi yang telah dicapai bangsa ini.

Dan masihkah ingatkah kita dengan tragediG30s/PKI ? Yang konon memicu terjadinya pembantaian massal hingga sekitar 2 juta nyawa anak bangsa ini mati sia-sia karena perbedaan ideologi dan intrik politik para elite masa itu. ( tayangan Kompas TV “ Jalan Pedang “ tanggal 30 September 2014 )Dalam tragediitu yang menjadi korban sesungguhnya adalah “ Rakyat “. Dan para elite politik menggunakan kesempatan itu untuk mencari keuntungan pribadi dan kelompoknya. Tanpa tahu dosa dan kesalahan dan juga tanpa proses pengadilan “ mereka anak bangsa “ dibantai atas nama “ ideology “. Mereka saling bunuh dan bantai atas nama stabilitas politik dan kekuasaan. Akankah bangsa ini selalu mengulang kesalahan yang sama ? Dan akankah bangsa ini mau belajar ataukah sama sekali tidak mau belajar dari sejarah negeri ini yang penuh luka ? Dan haruskah “ Rakyat” yang menjadi korban untuk yang kesekian kalinya karena permusuhan dan pertikaian antar elite pemegang kekuasaan di negeri ini ?. Akhirnya kita hanya bisa berdoa agar Tuhan membuka hati kepada para elite pemegang kekuasaan di negeri ini agar senantiasa amanah dan tahu diri bahwa mereka dipilih oleh rakyat untuk mensejahterakan dan memakmurkan bangsa ini tanpa diskriminasi.

Saya menjadi teringat dengan penggalan dialog dalam film Spiderman 2 antara Peter Parker dan bibinya. Untuk memberikan semangat dan dorongan moral Sang Bibi berkata “ Aku yakin ada jiwa pahlawan dalam diri kita semua.” “ Yang menjaga kita tetap jujur dan memberi kita kekuatan , membuat kita berhati mulia. Dan pada akhirnya memungkinkan kita meninggal dengan bangga “. “ Walau kadang kita harus tabah merelakan hal yang paling diinginkan. Termasuk impian kita”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun