Buku karya Martin Lister dan kawan kawan ini merupakan edisi terbaru, setelah melalui revisi dan perbaikan dari edisi sebelumnya yang dirasa sudah tidak relevan lagi ketika membicara new media di era saat ini. Abad kedua puluh satu merupakan era di mana masyarakat berubah dari berbasis industri menjadi masyarakat yang berbasis pada informasi. Masyarakat pada umumnya semakin menyadari bahwa pentingnya mengetahui berbagai informasi yang ada di sekitarnya maupun secara global secepatnya.
Pada era inilah pengetahuan tidak lagi terbatas dan secara aktif digunakan dalam mengembangkan dan mendistribusikan produk dan jasa. Hal lain yang juga terkena dampak dari perubahan orientasi masyarakat ini adalah jaringan global serta ketergantungan antar negara meningkat secara signifikan, sehingga meningkatkan keanekaragaman pula. Situasi inilah yang juga membuat lokalitas menjadi lebih penting. Oleh sebab itu industri dewasa ini juga semakin memperhatikan aspek kebudayaan, cultural industry.
Karakter dari cultural industry adalah globalisasi, contents centered, ubiquitous dan berbasis pada teknologi. Seperti yang tertera di paragraf sebelumnya bahwa jaringan global dan interdependensi antar negara meningkat secara signifikan. Sehingga ke depannya untuk memperlancar proses globalisasi, batas antar negara pun semakin melemah atau bahkan hilang.
Sedangkan content centered merupakan tuntutan di mana pembaca atau pengguna setidaknya memiliki ketrampilan menguasai bahasa dengan baik, terutama bahasa asing, untuk memahami informasi yang tersedia. Ketiga adalah ubiquitous yang merujuk pada kemudahan akses media yang dapat dilakukan di mana pun. Terakhir adalah berbasis pada teknologi. Teknologi dalam konteks ini adalah internet, maupun alat elektronik modern yang membantu mempermudah aktivitas manusia.
New media merupakan media yang memanfaatkan teknologi modern dan membutuhkan kompetensi tertentu untuk mengoperasikannya. Hingga saat ini, new media masih merupakan hal yang belum dapat diidentifikasikan dan belum tentu. Artinya tidak ada seorang pun yang dapat memprediksi bagaimana prospek dar new media ke depannya, karenaÂ
new media masih dalam proses eksperimen yang melibatkan interaksi antara teknologi dengan media yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya new media, tentu memberikan dampak perubahan seperti perubahan dari modern menjadi post-modern, intensifikasi proses globalisasi, perubahan dari era industri menjadi era post-industri yang berbasis pada informasi. Berikutnya adalah mengubah sentralitas menjadi desentralisasi serta bagian dari budaya teknologi.
Meskipun new media belum dapat diidentifikasikan, tetapi new media dapat didefinisikan. Pada umumnya ‘new’ dalam new media dipahmi sebagai suatu hal yang lebih baik, avant-garde, terkini, dll. Beberapa orang yang berpendapat berbeda menilai ‘new’ sebagai perkembangan sosial yang memiliki asosiasi dengan teknologi atau mungkin resonansi budaya yang luas. Tetapi pada akhirnya semua konotasi tersebut merupakan bagian dari pergerakan ideologi yang berpengaruh dan sebuah narasi mengenai perkembangan yang berasal dari masyarakat Barat.
Pemahaman ini tertanam dalam benak masyarakat tanpa disadari. Padahal ada banyak kata yang lebih menggambarkan ‘new media’, seperti digital, media ‘elektronik’, media ‘interaktif’ atau ‘computer mediated communication’ (CMC). Tujuan dari pemilihan kata yang telah dipahami masyarakat saat ini adalah untuk membuat masyarakat menyadari perubahan, baik dari sisi teknologi, ideologi dan pengalaman.
Perbedaan-perbedaan tersebut semakin diperkuat dengan berbedanya karakteristik new media dengan jenis media yang eksis sebelumnya. Karakter yang pertama adalah digitality, semua data yang ingin kita unggah harus dikonversi menjadi angka terlebih dahulu. Hasilnya dapat berbentuk online maupun hard copy. Dunia broadcasting mulai merubah formatnya dari analog ke digital, tetapi dari segi skala lebih signifikan pada digital. Meskipun demikian, digitalisasi masih terbatas dalam proses fisiknya, miniaturisasi, bandwith, dan akses secara fisik.
Perubahan berikutnya adalah interaktivitas, di mana pengguna dapat merubah secara langsung gambar atau text yang mereka akses. Tulisan yang diakses pun memiliki kekuatan yang lebih besar pada pengguna, sehngga kemungkinan pengguna setuju dengan apa yang tertera lebih besar. New media memiliki kemampuan untuk menandingi atau bahkan menggantikan komunikasi tatap muka.
Berikutnya adalah hypertext. Dalam satu halaman website terdapat banyak pilihan yang membawa pengguna ke berbagai halaman yang berbeda. Pengguna hanya perlu meng-klik salah satunya untuk menuju ke halaman yang diinginkan. Penyebarannya pun berbeda dari media yang sebelumnya. Pada new media, ada berbagai macam alternatif bacaan yang dapat diakses oleh pengguna. Bila pada media sebelumnya yang bertugas sebagai gate keeper adalah orang yang ada pada institusi tertentu, pada era new media pengguna sekaligus berperan sebagai gate keeper.