Mohon tunggu...
Annisa Rahma Khalidia
Annisa Rahma Khalidia Mohon Tunggu... Freelancer - Full Timer

Art, fashion and mythology enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

New Media A Critical Introduction Second Edition

25 Februari 2016   20:40 Diperbarui: 25 Februari 2016   21:10 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Buku karya Martin Lister dan kawan kawan ini merupakan edisi terbaru, setelah melalui revisi dan perbaikan dari edisi sebelumnya yang dirasa sudah tidak relevan lagi ketika membicara new media di era saat ini. Abad kedua puluh satu merupakan era di mana masyarakat berubah dari berbasis industri menjadi masyarakat yang berbasis pada informasi. Masyarakat pada umumnya semakin menyadari bahwa pentingnya mengetahui berbagai informasi yang ada di sekitarnya maupun secara global secepatnya.

Pada era inilah pengetahuan tidak lagi terbatas dan secara aktif digunakan dalam mengembangkan dan mendistribusikan produk dan jasa. Hal lain yang juga terkena dampak dari perubahan orientasi masyarakat ini adalah jaringan global serta ketergantungan antar negara meningkat secara signifikan, sehingga meningkatkan keanekaragaman pula. Situasi inilah yang juga membuat lokalitas menjadi lebih penting. Oleh sebab itu industri dewasa ini juga semakin memperhatikan aspek kebudayaan, cultural industry.

Karakter dari cultural industry adalah globalisasi, contents centered, ubiquitous dan berbasis pada teknologi. Seperti yang tertera di paragraf sebelumnya bahwa jaringan global dan interdependensi antar negara meningkat secara signifikan. Sehingga ke depannya untuk memperlancar proses globalisasi, batas antar negara pun semakin melemah atau bahkan hilang.

Sedangkan content centered merupakan tuntutan di mana pembaca atau pengguna setidaknya memiliki ketrampilan menguasai bahasa dengan baik, terutama bahasa asing, untuk memahami informasi yang tersedia. Ketiga adalah ubiquitous yang merujuk pada kemudahan akses media yang dapat dilakukan di mana pun. Terakhir adalah berbasis pada teknologi. Teknologi dalam konteks ini adalah internet, maupun alat elektronik modern yang membantu mempermudah aktivitas manusia.

New media merupakan media yang memanfaatkan teknologi modern dan membutuhkan kompetensi tertentu untuk mengoperasikannya. Hingga saat ini, new media masih merupakan hal yang belum dapat diidentifikasikan dan belum tentu. Artinya tidak ada seorang pun yang dapat memprediksi bagaimana prospek dar new media ke depannya, karena 

new media masih dalam proses eksperimen yang melibatkan interaksi antara teknologi dengan media yang sudah ada sebelumnya. Dengan adanya new media, tentu memberikan dampak perubahan seperti perubahan dari modern menjadi post-modern, intensifikasi proses globalisasi, perubahan dari era industri menjadi era post-industri yang berbasis pada informasi. Berikutnya adalah mengubah sentralitas menjadi desentralisasi serta bagian dari budaya teknologi.

Meskipun new media belum dapat diidentifikasikan, tetapi new media dapat didefinisikan. Pada umumnya ‘new’ dalam new media dipahmi sebagai suatu hal yang lebih baik, avant-garde, terkini, dll. Beberapa orang yang berpendapat berbeda menilai ‘new’ sebagai perkembangan sosial yang memiliki asosiasi dengan teknologi atau mungkin resonansi budaya yang luas. Tetapi pada akhirnya semua konotasi tersebut merupakan bagian dari pergerakan ideologi yang berpengaruh dan sebuah narasi mengenai perkembangan yang berasal dari masyarakat Barat.

Pemahaman ini tertanam dalam benak masyarakat tanpa disadari. Padahal ada banyak kata yang lebih menggambarkan ‘new media’, seperti digital, media ‘elektronik’, media ‘interaktif’ atau ‘computer mediated communication’ (CMC). Tujuan dari pemilihan kata yang telah dipahami masyarakat saat ini adalah untuk membuat masyarakat menyadari perubahan, baik dari sisi teknologi, ideologi dan pengalaman.

Perbedaan-perbedaan tersebut semakin diperkuat dengan berbedanya karakteristik new media dengan jenis media yang eksis sebelumnya. Karakter yang pertama adalah digitality, semua data yang ingin kita unggah harus dikonversi menjadi angka terlebih dahulu. Hasilnya dapat berbentuk online maupun hard copy. Dunia broadcasting mulai merubah formatnya dari analog ke digital, tetapi dari segi skala lebih signifikan pada digital. Meskipun demikian, digitalisasi masih terbatas dalam proses fisiknya, miniaturisasi, bandwith, dan akses secara fisik.

Perubahan berikutnya adalah interaktivitas, di mana pengguna dapat merubah secara langsung gambar atau text yang mereka akses. Tulisan yang diakses pun memiliki kekuatan yang lebih besar pada pengguna, sehngga kemungkinan pengguna setuju dengan apa yang tertera lebih besar. New media memiliki kemampuan untuk menandingi atau bahkan menggantikan komunikasi tatap muka.

Berikutnya adalah hypertext. Dalam satu halaman website terdapat banyak pilihan yang membawa pengguna ke berbagai halaman yang berbeda. Pengguna hanya perlu meng-klik salah satunya untuk menuju ke halaman yang diinginkan. Penyebarannya pun berbeda dari media yang sebelumnya. Pada new media, ada berbagai macam alternatif bacaan yang dapat diakses oleh pengguna. Bila pada media sebelumnya yang bertugas sebagai gate keeper adalah orang yang ada pada institusi tertentu, pada era new media pengguna sekaligus berperan sebagai gate keeper.

Pada tataran produksi media, craft skills dalam proses produksi semakin luas, tidak ada spesialisasi. Hal ini menyebabkan proses produksi media menjadi semakin mendekati pada kebiasaan sehari-hari dari proses produksi. Sehingga timbulah konsep prosumer, yakni perusahaan mengembangkan segala jenis produk hingga jasa berdasar pada keinginan konsumer, bukan apa yang baik bagi konsumer.

Perubahan terakhir adalah virtuality, di mana lingkungan dalam komputer grafis dan video digital membuat pengguna merasa terlibat dalam interaksi dalam level tertentu. Sehingga pengalaman visual dan pendengaran ada pada tempat lain, sedangkan tubuh ada pada ruang fisik yang berbeda. Pada new media, pengguna dapat memiliki identitas yang berbeda dari kehidupan riilnya, karena terdapat ruang yang tak terbatas untuk mengekspresikan diri.

Secara keseluruhan, new media merupakan inovasi dari para ilmuwan dalam rangka merealisasikan cultural industry seperti yang telah dicanangkan dari beberapa dekade sebelumnya. New media tidak hanya menerapkan OSMU (One Source Multi Use), tetapi juga kesadaran akan intelectual property. Seiring proses globalisasi, lokalitas dipandang semakin penting. New media dapat dimanfaatkan sebagai media untuk bercerita (story telling) mengenai kekhasan atau lokalitas wilayah tertentu.

Dibantu dengan peran media influencer, proses penyebaran informasi menjadi semakin cepat dan efektif. Dekatnya masyarakat dewasa ini dengan teknologi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan lokalitas membuat beberapa pihak harus membuat program atau aplikasi menggunakan bahasa lokal setempat untuk mempermudah akses masyarakat pada program atau aplikasi tersebut. Inilah yang kemudian dikenal dengan teknologi berbasis budaya atau cultural technology. Pendekatan-pendekatan tersebut digunakan melalui new media untuk menyesuaikan dengan permintaan konsumernya (prosumer).

Buku ini memberikan banyak informasi yang relevan dengan situasi new media saat ini dan mungkin beberapa saat yang akan datang. Dengan pendekatan kritis, Martin Lister memberikan pemahaman atas new media dengan cukup objetif dan informatif. Akan tetapi, pada bagian tertentu di akhir bab 1 saya rasa penulis sedikit terlalu berbelit-belit dalam menjelasan sejarah dan pro kontra beberapa ilmuwan berdasarkan teori yang berbeda-beda.

Mengingat new media merupakan hal yang dekat dengan kehidupan kita dalam kehidupan sehari-hari dan adanya kemungkinan bahwa pertanyaan seputar new media tidak hanya muncul di kalangan mahasiswa, akan lebih baik jika penulis menggunakan gaya bahasa yang lebih mudah dipahami serta disampaikan dengan lebih singkat. Sehingga khalayak umum pun masih dapat membaca dan memperoleh wawasan secara maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun