Pada tataran produksi media, craft skills dalam proses produksi semakin luas, tidak ada spesialisasi. Hal ini menyebabkan proses produksi media menjadi semakin mendekati pada kebiasaan sehari-hari dari proses produksi. Sehingga timbulah konsep prosumer, yakni perusahaan mengembangkan segala jenis produk hingga jasa berdasar pada keinginan konsumer, bukan apa yang baik bagi konsumer.
Perubahan terakhir adalah virtuality, di mana lingkungan dalam komputer grafis dan video digital membuat pengguna merasa terlibat dalam interaksi dalam level tertentu. Sehingga pengalaman visual dan pendengaran ada pada tempat lain, sedangkan tubuh ada pada ruang fisik yang berbeda. Pada new media, pengguna dapat memiliki identitas yang berbeda dari kehidupan riilnya, karena terdapat ruang yang tak terbatas untuk mengekspresikan diri.
Secara keseluruhan, new media merupakan inovasi dari para ilmuwan dalam rangka merealisasikan cultural industry seperti yang telah dicanangkan dari beberapa dekade sebelumnya. New media tidak hanya menerapkan OSMU (One Source Multi Use), tetapi juga kesadaran akan intelectual property. Seiring proses globalisasi, lokalitas dipandang semakin penting. New media dapat dimanfaatkan sebagai media untuk bercerita (story telling) mengenai kekhasan atau lokalitas wilayah tertentu.
Dibantu dengan peran media influencer, proses penyebaran informasi menjadi semakin cepat dan efektif. Dekatnya masyarakat dewasa ini dengan teknologi dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan lokalitas membuat beberapa pihak harus membuat program atau aplikasi menggunakan bahasa lokal setempat untuk mempermudah akses masyarakat pada program atau aplikasi tersebut. Inilah yang kemudian dikenal dengan teknologi berbasis budaya atau cultural technology. Pendekatan-pendekatan tersebut digunakan melalui new media untuk menyesuaikan dengan permintaan konsumernya (prosumer).
Buku ini memberikan banyak informasi yang relevan dengan situasi new media saat ini dan mungkin beberapa saat yang akan datang. Dengan pendekatan kritis, Martin Lister memberikan pemahaman atas new media dengan cukup objetif dan informatif. Akan tetapi, pada bagian tertentu di akhir bab 1 saya rasa penulis sedikit terlalu berbelit-belit dalam menjelasan sejarah dan pro kontra beberapa ilmuwan berdasarkan teori yang berbeda-beda.
Mengingat new media merupakan hal yang dekat dengan kehidupan kita dalam kehidupan sehari-hari dan adanya kemungkinan bahwa pertanyaan seputar new media tidak hanya muncul di kalangan mahasiswa, akan lebih baik jika penulis menggunakan gaya bahasa yang lebih mudah dipahami serta disampaikan dengan lebih singkat. Sehingga khalayak umum pun masih dapat membaca dan memperoleh wawasan secara maksimal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H