Peran orang tua terhadap perkembangan anak sangat besar. Dalam beberapa adegan pada drama “1 Litre of Tears” menunjukkan bahwa orang tua selalu peduli terhadap anaknya. Shioka dan Mizuo bahkan melihat kegiatan-kegiatan Aya disekolah seperti paduan suara ketika Aya menjadi seorang bhirama dan ketika Aya bertanding dalam pertandingan persahabatan bola basket, tampak orang tua Aya selalu memberikan dukungan kepada Aya.
Dalam kehidupan sehari-hari, semangat dan dukungan dari orang tua sangat penting bagi mental anak ketiga hendak melakukan suatu hal yang besar. Jika seorang anak mendapatkan dukungan yang cukup dari orang tua, maka seorang anak akan berani melakukan sesuatu yang besar. Adegan ketika orang tua Aya menyempatkan waktu untuk meberikan dukungan pada anaknya ketika bertanding memberikan pesan kepada orang tua yang lain bahwa anak-anak mereka sangat membutuhkan dukunga yang penuh dari orang tua agar anak dapat melakukan yang terbaik. Menyempatkan waktu untuk melihat anak mencapai prestasi akan baik untuk perkembangan anak nantinya.
Setelah mengetahui kenyataannya, Aya bertanya-tanya mengapa ia yang dipilih untuk mengidap penyakit berbahaya itu. Dalam kisah nyata, Aya Kitou menuliskan dalam buku hariannya “Mengapa saya dipilih untuk menerima penyakit ini? Saya tidak dapat mengesampingkan dengan kata-kata seperti nasib”. Aya menangis mengetahui kenyataan itu. Dalam adegan tersebut, penonton dibuat tersentuh hatinya ketika gadis yang baru berusia 15 tahun menderita penyakit yang tidak ada obatnya.
Aya Ikeuchi mulai menerima penyakit tersebut dalam kehidupannya. Dalam waktu yang tersisa, ia tetap tegar setiap harinya dan berusaha sekuat mungkin untuk melakukan hal-hal yang masih dapat ia lakukan. Dukungan dari keluarga pun tidak berhenti mengalir untuk Aya. Disisi lain, Asou Haruto yang merupakan teman sekelas Aya seringkali memberikan semangat kepada Aya agar tidak berhenti untuk berjuang melawan penyakitnya.
Di hari-hari berikutnya, Aya mulai kehilangan keseimbangan dalam bermain basket. Ia juga menjadi lebih sering terjatuh ketika sedang berjalan. Aya tetap tersenyum setiap harinya, bahkan ia disukai oleh seorang kakak kelas bernama Kawamoto yang ia sukai dahulu. Hal itu membuat Aya tetap bahagia meskipun dalam buku hariannya ia mengatakan bahwa ia sangat takut akan hari esok.
Dalam adegan tersebut, pesan yang dapat dibaca dalam drama tersebut yakni jangan mudah untuk putus asa atas kenyataan yang terjadi. Meskipun Aya mengetahui bahwa ia mengidap suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan, namun ia tidak menyerah pada takdir. Aya tetap melakukan yang terbaik yang ia bisa dan menjalani pengobatan dengan baik. Disamping itu, dukungan dari orang tua Aya yang membuat Aya akan terus maju demi kehidupannya.
Semakin hari, gaya berjalan Aya semakin buruk dan aneh. Orang-orang yang melihatnya juga merasa aneh dengan gaya berjalan Aya. Kawamoto mulai meninggalkan Aya ketika mengetahui Aya memiliki penyakit yang aneh. Akan tetapi, dalam drama ini memperlihatkan bahwa cinta akan menerima apapun keadaan orang yang tengah dicintainya. Hal tersebut terlihat ketika Asou Haruto yang diam-diam menyukai Aya tetap berada didekat Aya walau kondisi Aya semakin memburuk setiap harinya.
Konflik mulai terjadi ketika Aya pada akhirnya membutuhkan kursi roda untuk keseharianya. Aya mulai kesulitan berjalan dan lebih sering terjatuh. Mari dan Saki sebagai sahabat Aya rela terlambat untuk masuk kelas demi membantu Aya berjalan menaiki tangga dan membawa kursi roda Aya. Dalam adegan ini, audio yang diberikan menambah suasana yang menyedihkan.
Pesan yang dapat dibaca dalam adegan tersebut bahwa Aya yang tidak menyerah untuk melanjutkan mimpinya walaupun ia harus berada di kursi roda. Aya yang mulai kesulitan menulis tetap menuliskan banyak puisi pada buku hariannya yang pada akhirnya isi dari buku harian tersebut memberikan inspirasi terhadap banyak orang yang membacanya.
Keadaan Aya yang semakin memburuk membuat Aya harus pindah ke sekolah cacat karena ia tak mau merepotkan sahabatnya. Aya sempat merasa kehilangan harapannya dalam menggapai impiannya untuk dapat membantu orang lain. Dengan keadaannya yang terbatas, ia merasa tak mampu mewujudkan impiannya tersebut. Adegan dalam drama ini memberkan pesan bahwa Aya yang mendapatkan takdir yang pahit namun ia tidak pernah larut dalam kesedihannya.
Dukungan keluarga Aya memberikan gambaran bahwa anak dapat menjadi kuat apabila orang tuanya mendukungnya dalam berbagai keadaan. Drama drama ini penggambaran Aya sebagai sosok yang tidak menyerah pada takdir memberikan motivasi pada penontonnya. Aya yang pada akhirnya tidak dapat berjalan dan berbicara dengan baik tetap mewujudkan impiannya yakni membantu orang lain. Dalam hari-harinya setelah ia kesulitan menulis, ia tetap menuliskan banyak puisi dan kata-kata dalam buku hariannya. Dengan keterbatasannya tersebut, ia bisa mewujudkan impian untuk membantu orang lain dengan tulisannya tersebut. Buku hariannya telah dibaca banyak orang dan menjadikan orang dengan.