Lonjakan penawaran dan permintaan pun terjadi di berbagai negara lainnya. Indeks saham di New York, London, Tokyo mengalami penurunan. Termasuk Indonesia yang juga terkena imbasnya. Dampak ekonomi dari pandemi virus corona di Indonesia adalah, pertama; kemungkinan besar kelangkaan barang kebutuhan pokok. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa China dalam hal ini sebagai penyuplai utama impor barang-barang baku dan bahan-bahan kebutuhan pokok Indonesia.Â
Dan oleh karenanya, kita juga pada akhirnya melihat beberapa kebutuhan kita terdampak. Kelangkaan impor dari bahan baku terutama itu akan kemudian mengkontraksi kemampuan industri untuk kemudian berproduksi dan kemudian menciptakan nilai tambah. Oleh karenanya bisa terjadi apabila ini terjadi dalam waktu yang berjangka panjang berdampak pula negatif pada perekonomian Indonesia.Â
Di sektor keuangan ada dampak dari sisi capital outflow (arus modal keluar) dari pasar modal yang cukup signifikan pada beberapa pekan terakhir kita melihat IHSG sudah masuk zona merah. Dan kita juga melihat di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya ikut terdampak. AS sendiri sudah melakukan beberapa langkah-langkah kebijakan, salah satunya dengan menurunkan suku bunga The Fed. Pasar dalam hal ini mengalami kepanikan sehingga kita melihat IHSG kita itu cenderung berada pada zona yang terus menerus merah.Â
Ada beberapa langkah yang pemerintah dapat dilakukan untuk mengatasi efek virus corona di sektor ekonomi. Pertama di jangka pendek, hal-hal yang dapat dilakukan yaitu menjaga kestabilan harga melalui relaksasi impor; kedua yaitu menjaga stok pangan, kebutuhan pokok, dan bahan industri. Mempertahankan hal-hal diatas agar tetap ada dan tidak habis. Sementara untuk dijangka menengah, hal-hal yang dapat dilakukan, pertama yaitu mencari pasar ekspor-impor baru selain Tiongkok untuk target ekspor maupun impor; kedua yaitu melakukan beberapa intervensi-intervensi kebijakan baik fiskal maupun moneter.Â
Dalam hal ini daya beli masyarakat tentunya akan terdampak kalau misalnya akan ada syok dari sisi demand atau harga yang meningkat. Oleh karena itu dirasa pemerintah juga bisa mengeluarkan Kartu Pra Kerja, Bantuan Tunai Langsung (BLT), supaya kelompok-kelompok yang paling rawan dalam perekonomian tidak terdampak cukup serius. Lalu berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan perekonomian secara normal, covid-19 ini adalah musuh yang tidak terlihat karena tidak ada yang tahu berapa lama dan vaksinnya pun belum ditemukan.Â
Apabila kita melihat pengalaman SARS di tahun 2003, dimana sangat menghantam perekonomian China, yang sebelumnya tumbuh 11% kemudian di quartal berikutnya turun hingga 9%, tapi kita bisa menyaksikan setelah virus usai, di quartal ketiga dan keempat, pertumbuhan ekonomi China tumbuh sebanyak double digit. Sehingga dapat dipastikan juga bahwa penurunan ekonomi dapat kembali normal usai pandemi virus corona.Â
Mungkin kita akan menderita di tahun 2020. Tetapi setelah ini selesai, potensi reborn akan cukup besar. Apakah yang harus dilakukan oleh pelaku usaha dalam menghadapi kondisi ini, salah satunya adalah kalau kita melihat di bulan januari ada purchasing manager index indonesia yang sudah diatas angka 50 dimana di China sudah dibawah angka 30, ini sebenarnya dapat diartikan menjanjikan sebuah potensi ke depan. Ada juga kemungkinan bahwa pasar-pasar yang sebelumnya sangat tergantung pada China itu akan mengalihkan pasarnya, salah satunya adalah ke Indonesia.Â
Potensi ini bisa kita lihat setidaknya kemarin di bulan februari ketika ada surplus neraca dagang yang mana ini jarang sekali terjadi, dari sini itu menjanjikan sebuah potensi jangka panjang dimana kita bisa menjadi pasar alternatif selain China.
Dilansir dari katadata.co.id Berikut 5 sektor usaha yang tepuruk akibat corona
Hanya dalam waktu sebulan virus corona telah memukul banyak sektor usaha.
1. Transportasi