Jejeran sang cemara yang tegak lurus tertutup kabut, menjadi saksi setia akan sebuah cerita tentang alam dan isinya.Â
Gemricik air yang terus mengalir melewati bebatuan tak tertata, juga menjadi cerita yang tak bernada namun berasa.Â
Lalu lalang binatang rimba tak berwujud namun bersuara menjadi teman dalam lamunan yang nyaman saat terpejam.Â
Alam terus setia dalam melantunkan cerita sebagai proses persembahan kepada sang pencipta dengan cara yang tak biasa.Â
Diiring sepoi angin yang menghempas ujung dedaunan cemara rimba, menjadikan suasana sangat damai sedamai lembutnya kabut yang datang berturut.Â
Alam beserta isinya selalu jujur tanpa kepentingan bagaikan kehidupan manusia pada rimba kesemrawutan yang tak tertata.Â
Tak ada hingar bingar keriuhan, tak ada keramaian yang menggaduhkan kedamaian, semuanya diam, semuanya hening, sehening tatanan alam yang menyaksikan nyanyian sang kabut sebagai persembahan kepada sang Tuhan.Â
Guci, 11 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H