Pekikan, teriakan, dentuman dan bahkan makian yang sangat keras sekalipun tak mampu terdengarkan akibat kehaluan.Â
Langkah demi langkah yang tertitah juga terus dilaju demi sebuah pembuktian akan sebuah rasa dan asa yang dilakukan senyap diam tak berbayang.Â
Walau terkadang sesaat menjerit tanpa suara lantanh yang mempertanyakan tentang sebuah keadilan Tuhan.Â
Masih adakah keadilan itu?Â
Ah, sudahlah, waktu yang akan menjawab, sembari menampar hati dengan sebuah kalimat-kalimat penampar khas dari sang ahli pikir.Â
Kata 'kenapa' yang terus tertanam, kini akan dicoba untuk terus dibuang demi sebuah kedamaian tanpa dalil.Â
Sembari terus berprasangka bahwa Tuhan lebih sangat bangga terhadap doa dari seorang pendosa dari pada dzikirnya sosok sombong sang penyombong.Â
Brebes, 19 April 2020
KBC-24 | Kompasianer Brebes
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H