Mohon tunggu...
Khairu Syukrillah
Khairu Syukrillah Mohon Tunggu... Relawan - Aceh | khairuatjeh@gmail.com | IG @khairusyukrillah

Berbuat baiklah bukan karena surga, tapi karena tuhan sudah sangat baik kepada kita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gitarku Tak Lagi Bernada Tuan

19 Februari 2020   20:00 Diperbarui: 20 Februari 2020   02:31 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam mulai menggarang dengan gelapnya, sesekali lolongan anjing menggelegar mengalahkan petir yang meronta. 

Kilatan-kilatan halilintar juga menyertai gaduhnya angin kencang disertai rintikan hujan yang tak beraturan.

Bulan pun tak nampak, langit gelap dengan gumpalan awan hitam mengiringi perginya rembulan yang sudah tak lagi dirindulan oleh sang pungguk.

Hening dan damainya pojok kopi, seketika menjadi sepi. Gitar dan senar, hanya teronggok diatas kursi tak bertuan.

Tanpa bernada, tanpa petikan, tanpa ada tuan sang maestro kedamaian yang memainkan sebagai ekspresi ketenangan.

Kini, gitar ku tak lagi bernada tuan. Gitarku senyap, gitar ku hening dan tak lagi berirama. Gitar ku Sepi tanpa petikan dan sepi tanpa kelakar.

Intonasi nada sang maestro, berubah menjadi sepi dengan gelegar halilintar yang menyambar. Semuanya menjadi gaduh, ribut, pecah tak beraturan.

Kini gitar ku tak lagi bernada tuan.

Brebes, 19 Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun