Hingga kini penyebaran COVID-19 masih terjadi di banyak negara bahkan mengakibatkan korban jiwa setiap harinya. Hal ini membuat sejumlah negara, institusi penelitian hingga Lembaga pendidikan berlomba untuk melakukan penelitian menemukan antivirus dari COVID-19 ini.Â
Salah satunya, penelitian yang di lakukan oleh Dekan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Esa Unggul, Dr. Aprilita Rina Yanti Eff., M.Biomed., Apt.
Dalam Penelitiannya Aprilianti menguji Ivermectin obat yang diprediksi memiliki efektivitas  terhadap  COVID-19. Menurutnya, secara invitro, Ivermectin  mampu menghambat replikasi virus penyebab (SARS-CoV-2) pada sel Vero-hSLAM 2 jam pasca infeksi dan  mampu menurunkan viral load 5000 kali lipat dalam waktu 48 jam. Â
"Ivermectin adalah agen anti-parasit spektrum luas yang secara in-vitro memiliki aktivitas anti-virus terhadap sejumlah besar virus seperti virus Dengue, Virus virus influenza dan Enchepalitis," terangnya.
Agen penyebab pandemi COVID-19 saat ini yaitu SARS-CoV-2, lanut Aprilitia adalah virus RNA strand tunggal yang terkait erat dengan coronavirus penyebab sindrom pernapasan akut (SARS-CoV).Â
Studi pada  protein SARS-CoV telah mengungkapkan peran potensial IMP / 1 selama infeksi pada signal yang tergantung pada penutupan nukleositoplasma protein Nucleocapsid SARS-CoV  dan selanjutnya  mempengaruhi pembelahan sel inang.
"Ivermectin juga mempengaruhi  protein aksesori SARS-CoV ORF-6 dengan mempengaruhi  faktor transkripsi STAT1 dan  menghambat IMP / 1 pada reticulum endoplasmaStudi meta-analisis menunjukkan bahwa ivermectin dosis tinggi memiliki keamanan yang sebanding dengan pengobatan pada dosis rendah namun profil keamanan pada wanita hamil belum banyak bukti," ucapnya.
Dari penelitian tersebut, Aprilita menambahkan Efikasi dan manfaat Ivermectin pasien COVID-19 masih memerlukan studi lebih lanjut yaitu uji preklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia. Â Ivermectin layak dipertimbangkan lebih lanjut sebagai antivirus SARS-CoV-2. Â dan membrab Golgi. "Nantinya uji preklinik dan uji klinik pada manusia akan membuktikan lebih konkrit terkait efektivitas obat ini," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H