Mohon tunggu...
Khairunnissa
Khairunnissa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa semester akhir yang sedang meneliti terkait biopelet.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Biopelet: Alternatif Bahan Bakar PLTU yang Ramah Lingkungan

24 Januari 2024   10:37 Diperbarui: 24 Januari 2024   10:41 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Penggunaan listrik saat ini berasal dari batu bara, nuklir, gas, hydroelectric, dan minyak bumi, serta sumber lainnya. Pembangkit listrik tenaga uap yang berasal dari batu bara telah membantu memenuhi hampir dari setengah permintaan listrik di dunia. 

Saat ini, PLTU mampu beroperasi dengan efisiensi tinggi yang memenuhi standar lingkungan yang ketat. Listrik dihasilkan oleh putaran poros genetator. Generator tersebut menghasilkan gerakan dari turbin uap. Untuk memutar turbin uap, turbin harus diberikan tekanan dan suhu tinggi pada inlet turbin. Ketika turbin menyerap energi dari fluida berenergi tinggi, tekanan dan suhunya turun menuju outlet. Bilah rotor turbin uap berbentuk unik sehingga mudah menghasilkan gerakan. Terdapat beberapa bagian pada turbin antara lain turbin bertekanan tinggi, menengah, dan rendah. 

Proses tersebut diulangi dengan mengubah uap menjadi cairan dan menaikkan tekanannya. Proses tersebut dibantu oleh dibantu oleh kondensor penukar panas yang berada di bawah turbin bertekanan rendah. Aliran air dingin mengalir melalui turbin ke dalam kondensor kemudian uap terkondensasi. Air tersebut dipompa menggunakan pompa sentrifugal untuk mengembalikan tekanan ke kondisi semula. Setelah itu, batu bara dibakar di dalam boiler. Air akan menangkap energi dari gas buang, mengalir, dan mengubahnya menjadi uap. Tekanan dan suhu tinggi pada uap akan memasukkannya ke dalam turbin uap sehingga siklus terulang terus menerus sebagai pembangkit listrik berkelanjutan. Adapun dalam peningkatan efisiensi pembangkit listrik, dilakukan penambahan panas pada turbin (pemanasan ulang). Kemudian gas terlarut akan diserap oleh air umpan. Air yang dipanaskan dari outlet kondensor akan dialirkan pada menara pendingin untuk diinduksi dengan aliran udara alami untuk menghilangkan panas sehingga air dingin (hasilnya) akan dialirkan kembali ke inlet kondensor.

Pada penerapannya, batu bara menyebabkan banyak masalah lingkungan seperti emisi gas rumah kaca. Biopelet merupakan salah satu alternatif bahan bakar boiler pengganti batu bara. Prinsip biopelet ketika mengganti batu bara di boiler adalah dengan memanfaatkan sifat-sifat biopelet yang serupa dengan batu bara. Biopelet memiliki nilai kalor yang tinggi, yaitu sekitar 4.000-5.000 kkal/kg, yang mirip dengan nilai kalor batu bara, yaitu sekitar 4.000-6.000 kkal/kg. Hal ini memungkinkan biopelet untuk menghasilkan energi yang sama dengan batu bara dalam jumlah yang sama. Selain itu, biopelet juga memiliki bentuk dan ukuran yang mirip dengan batu bara, sehingga dapat dibakar dalam boiler yang dirancang untuk menggunakan batu bara. Hal ini akan mengurangi biaya investasi untuk mengganti bahan bakar boiler.

Proses pembakaran biopelet di boiler sama dengan proses pembakaran batu bara. Biopelet dibakar di dalam ruang bakar boiler, dan panas yang dihasilkan dari pembakaran biopelet digunakan untuk memanaskan air. Uap air yang dihasilkan dari pembakaran biopelet memiliki sifat yang mirip dengan uap air yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Uap air ini kemudian dialirkan ke turbin uap untuk menghasilkan listrik. Efisiensi boiler yang menggunakan biopelet sebagai bahan bakar dapat mencapai 80-90%, yang mirip dengan efisiensi boiler yang menggunakan batu bara. Hal ini menunjukkan bahwa biopelet dapat menjadi alternatif bahan bakar boiler yang efisien.

Biopelet merupakan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batu bara. Biopelet menghasilkan emisi gas rumah kaca yang lebih rendah, yaitu sekitar 25-30% lebih rendah dibandingkan batu bara. Biopelet memiliki nilai kalor yang tinggi dan sifat pembakaran yang mirip dengan batu bara. Hal ini memungkinkan biopelet untuk menghasilkan energi yang sama dengan batu bara dalam jumlah yang sama, sehingga dapat meningkatkan efisiensi PLTU. Penggunaan biopelet sebagai bahan bakar PLTU dapat mengurangi biaya produksi listrik. Hal ini karena biopelet memiliki harga yang lebih murah dibandingkan batu bara dan lebih berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun