[caption id="attachment_168521" align="alignleft" width="300" caption="Jalur Ngopak/Rejoso-Tongas"][/caption] Rata-rata setiap pekan saya selalu menyusuri rute Lumajang-Surabaya pulang pergi (PP). Sebelum terjadi peristiwa Lumpur Lapindo, rute sekali perjalanan biasanya menempuh normal 3,5 jam dan selambat-lambatnya 4 jam. Setelah peristiwa Lumpur Lapindo, waktu tempuh menjadi lebih lama, yaitu 4 jam dan selambat-lambatnya 4,5 jam.
Saya lupa kapan mulai tepatnya arah Tongas-Ngopak/Rejoso yang merupakan titik pertemuan jalur utara dan selatan menuju tapal kuda itu menjadi titik macet kedua setelah Porong. Mungkin sekitar awal 2010-an. Saat itu saya menggunakan mobil travel dan harus menempuh 7 jam arah Lumajang-Surabaya. WHAAAAAT? Padahal Surabaya-Yogyakarta dengan kereta api ‘hanya’ sekitar 5 jam. Ke Jakarta dengan pesawat ‘hanya’ menjadi 1,5 jam. Sedangkan Lumajang yang masih satu provinsi dengan Surabaya harus dilalui 7 jam. Padahal ke Jember yang letaknya 1,5 jam dari Lumajang dapat ditempuh dengan kereta dari Surabaya sekitar 4 jam. Betapa tidak produktifnya waktu saya jika harus menghabiskan waktu selama itu di jalan. Sejak saat itulah saya beralih kepada bis antar kota dan tidak pernah naik mobil travel hingga saat ini.
[caption id="attachment_168576" align="alignright" width="300" caption="Banjir di Ngopak, 4 Februari 2012"]
Mungkin sudah setahun belakangan ini, rata-rata waktu yang saya butuhkan dari Lumajang ke Surabaya membutuhkan waktu 5 jam. Artinya, antar terminal di Lumajang dan terminal Purabaya, Sidoarjo itu membutuhkan waktu 4,5 jam dan kemudian melanjutkan perjalanan ke tengah kota dengan taksi sekitar 20-30 menit normal. Dengan bis kota dan taksi saja sudah memakan waktu sedemikian rupa, apalagi jika saya naik mobil travel, tentu akan jauh lebih lama karena masih harus menjemput penumpang dari segala penjuru dan mengantarkan penumpang ke semua penjuru meski biayanya lebih murah daripada bis+taksi. Ah Surabaya, semakin rawan pula kemacetan akibat banjir di sejumlah titik-titik kritis.
[caption id="attachment_168578" align="alignleft" width="300" caption="Banjir di Surabaya, yang menambah macet jika ingin ke Terminal Purabaya, Bungurasih"]
Hari Jumat kemarin, 3 Februari, kolega saya dari Surabaya hendak ke Malang. Waktu tempuh normalnya mungkin selambat-lambatnya sekitar 2,5 jam. Kemarin menjadi 2 kali lipat. Menjadi 5 jam karena titik macet di Porong-Kejapanan! Kolega saya yang lain pernah dari Jember menuju Batu (Malang) harus menempuh perjalanan 11 jam karena titik macet di Tongas-Ngopak/Rejoso.
[caption id="attachment_168524" align="alignright" width="300" caption="Jalanan Rusak Berlubang Ngopak/Rejoso-Tongas"]
[caption id="attachment_168529" align="alignright" width="252" caption="Macet, 4 Februari 2012"]
[caption id="attachment_168530" align="alignleft" width="300" caption="Macet, 4 Februari 2012"]
Harus melapor dan meminta tolong kepada siapa ya agar masalah ini dapat terpecahkan?
Mmm…
Jakarta saja yang sudah menyerahkan pada ahlinya ya tetap saja bergelimang kemacetan.
Mmm…
Kasus Porong saja yang sudah berlangsung sejak Mei 2006 ya tetap begitu-begitu saja, bahkan orang yang seharusnya bertanggungjawab akan mencalonkan diri menjadi Presiden.
Mmm..
Inilah sisi lain dari rumitnya negeri yang bernama Indonesia.
[caption id="attachment_168531" align="aligncenter" width="300" caption="Banjir di Probolinggo "]
[caption id="attachment_168535" align="aligncenter" width="300" caption="Porong (Area Lumpur Lapindo)Â "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H