Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Arya Wiraraja, Tokoh Dibalik Tokoh dan Rentetan Tumbuh Tenggelamnya Kerajaan di Jawa yang Menyatukan Nusantara

1 Mei 2011   01:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:12 2359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya memang bukan orang yang begitu paham sejarah. Artikel “Situs Biting Menguak Sejarah antara Lumajang, Sumenep, Majapahit, dan Indonesia” tampaknya mengundang ragam komentar yang masuk dalam email, inbox Fesbuk, dan juga papan komen lainnya. Ada yang bertanya, mengoreksi, dan ada juga yang menambahkan.

[caption id="attachment_106346" align="alignright" width="300" caption="Candi Singosari"][/caption] Ada versi lain yang menurut saya menarik untuk disimak. Versi ini merupakan informasi baru untuk saya. Versi ini menceritakan, Arya Wiraraja sesungguhnya semula adalah seorang Adipati di Kerajaan Singosari. Saat itu, Raja Singosari mengirimkan Arya Wiraraja ke Sumenep. Menurut beberapa sumber, pengiriman tersebut sesungguhnya adalah pengucilan lantaran Raja Singosari merasa berseberangan politik dengan Wiraraja. Raja Singosari tampaknya juga dapat melihat kecerdasan politik Arya Wiraraja sehingga merasa khawatir terancam kedudukannya.

Arya Wiraraja yang sakit hati kemudian menyusun strategi agar Jayakatwang dari Kerajaan Kediri menyerang Kerajaan Singosari. Saat itu, Ibu kota Kerajaan Singosari tengah mengalami kekosongan karena prajuritnya sedang melakukan ekspansi di daerah lain. Informasi kelemahan itulah yang kemudian disebarkan Arya Wiraraja sehingga Kerajaan Kediri dapat melumpuhkan Kerajaan Singosari. Raja Kediri kemudian membunuh semua anggota keluarga Kerajaan Singosari. Hanya satu yang berhasil lolos, yaitu Raden Wijaya yang lari ke Sumenep minta perlindungan Wiraraja.

[caption id="attachment_106347" align="alignleft" width="300" caption="Peninggalan Kerajaan Kediri"][/caption] Inilah titik tolak era Kerajaan Kediri menguasai Jawa bagian Timur menggantikan Kerajaan Singosari. Berkat pertolongan Wiraraja pada Kerajaan Kediri, Raja Kediri mengiyakan permohonan Wiraraja untuk mengampuni Raden Wijaya. Bahkan, Raja Kediri kemudian memberi derah Tarik (Mojokerto) sebagai daerah kekuasaan Raden Wijaya.

Setelah Kerajaan Kediri berkibar dalam waktu yang tidak terlalu lama, pasukan Mongol masuk ke Jawa. Pasukan Mongol memiliki misi untuk menaklukkan Kerajaan Singosari yang pernah menghina utusan Mongol. Kerajaan Mongol dulu adalah penguasa Asia yang pernah mengirimkan utusan kepada Kerajaan Singosari untuk penyampaikan pesan agar mereka takluk pada Mongol. Tetap Raja Singosari saat itu malah memotong telinga utusan Mongol dan menyuruhnya pulang kembali ke Mongol.

Ketika Prajurit Mongol berada di sekitar Surabaya, Arya Wiraraja mengajak Raden Wijaya untuk menemui prajurit Mongol. Wiraraja menceritakan bahwa Kerajaan Singosari telah runtuh dan kekuasaan kini dipegang Kerajaan Kediri. Agar prajurit Mongol tidak pulang dengan tangan hampa, Wiraraja menghasut Prajurit Mongol untuk menguasai Kerajaan Kediri. Taktik Wiraraja termakan oleh Prajurit Mongol yang kemudian menyerang Kerajaan Kediri.

[caption id="attachment_106350" align="alignleft" width="300" caption="Jejak Kerajaan Majapahit"][/caption] Saat itulah, Kerajaan Kediri kemudian runtuh. Selanjutnya, Raden Wijaya berdasarkan masukan Wiraraja menyerang tentara Mongol yang mengalami euforia kemenangan melawan Kerajaan Kediri. Tak pelak lagi, Wiraraja dengan berbagai taktiknya membawa kemenangan bagi Raden Wijaya untuk mengalahkan tentara Mongol. Inilah titik tolak Raden Wijaya berkuasa dan menjadikan Tarik (Trowulan, Mojokerto) sebagai pusat kekuasaan yang kemudian menjadi Kerajaan Majapahit. Istilah Majapahit muncul karena di daerah hutan Tarik banyak terdapat buah maja (mojo) yang rasanya pahit.

Berkat jasa-jasanya menyelamatkan dan membantu perjuangan Raden Wijaya, Wiraraja diberi daerah kekuasaan di Lamajang. Lamajang saat itu adalah pintu masuk untuk tiga wilayah yang saat ini dikenal sebagai daerah tapal kuda. Oleh karena itulah, Lamajang disebut sebagai Tiga Juru.

[caption id="attachment_106352" align="alignright" width="300" caption="Situs Biting"][/caption] Ya..... saya tidak mengelak akan banyak versi dari sejarah kerajaan di Babad Tanah Jawa ini. Perbedaan pendapat, bahkan perdebatan, pasti akan selalu muncul. Dan saya tidak punya kompetensi untuk menjelaskan tentang kebenaran versi saya sendiri karena saya tidak punya pengetahuan dan pemahaman yang baik. Untuk keberadaan Wiraraja sendiri di Kerajaan Lamajang ternyata juga banyak versinya. Ada yang berpendapat bahwa yang disebut Minak Koncar, lalu Nararyakirana, itu adalah Wiraraja sendiri. Kemudian, soal makam yang ditemukan dalam Situs Biting itu ternyata ada yang berpendapat bahwa itu bukan makam Minak Koncar. Sebab Minak koncar berjaya di zaman Kerajaan Hindu sehingga mustahil meninggal dengan cara dimakamkan. Jadi ada dugaan bahwa makam tersebut adalah jejak penyebaran agama Islam di Kerajaan Lamajang.Yang jelas, keunikan Situs Biting membawa pelajaran tentang bagaimana Wiraraja membangun sistem pertahanan keamanan benteng dengan memanfaatkan sungai.

[caption id="attachment_106349" align="alignleft" width="300" caption="Wilayah Kekuasaan Kerajaan Majapahit"][/caption] Terakhir, kesimpulan sementara yang dapat saya ambil dari sejumlah versi tentang Arya Wiraraja adalah kecerdasan politiknya yang luar biasa. Berkat pemikiran-pemikirannya, Wiraraja tanpa sengaja menjadi tokoh dibalik tokoh dan tanpa sengaja menjadi tokoh rentetan sejarah tumbuh tenggelamnya kerajaan-kerajaan di Tanah Jawa yang pada akhirnya kemudian menyatukan Nusantara dan kemudian menjadi Indonesia Raya. Wallahu a’lam bishowab.

Sumber Foto: www.beritajatim.com, www.kerajaannusantara.com, www.anakmadiun.wordpress.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun