Pekan ini, ada kisah dramatis yang saya alami terkait ujian Test of English as a Foreign Language (TOEFL). Kisah dramatis ini bukan saja tentang saya, tetapi juga untuk 2 orang senior saya yang menjadi staf ahli menteri.
Sebut saja namanya PY. Beliau seorang staf ahli menteri dari Kementerian X. Seharusnya PY mengikuti ujian sidang terbuka pada hari Rabu lalu. Tetapi H-2, ujian tersebut dibatalkan sepihak. Gara-gara… TOEFL!!!
Ya, nilai TOEFL PY masih belum mencapai target 500. Namun dari pengalaman rekan yang lain, target TOEFL ini dapat memperoleh dispensasi jika sudah beberapa kali melakukan ujian, tetapi tak juga memperoleh nilai 500. PY menyanggupi untuk memenuhi target 500, tetapi beliau meminta agar ujian terbukanya dapat tetap dilaksanakan. Jika hingga jadwal ujian belum juga tercapai 500, PY bersedia ijasahnya ditahan hingga PY dapat memenuhi target 500.
Entahlah, ada angin dan badai apa sehingga pihak Pasca memutuskan untuk menunda ujian terbukanya PY. Selidik punya selidik, tampaknya ada “muatan-muatan politis” yang mengintervensi sehingga menjegal ujian terbukanya PY. Dalihnya, ya PY belum melengkapi persyaratan nilai TOEFL 500. Padahal, surat undangan sudah menyebar. Semua penguji telah menyetujui tentang rencana ujian tersebut.
Saya melihat gurat sedih dan letih PY. Saya bisa merasakan kerugian materi dan immateri yang dialami beliau. Bayangkan, H-2 acara dibatalkan. Padahal beliau telah mengundang sanak keluarga dan kolega. Bahkan pakar komunikasi UI Effendy Ghozali serta bapak menteri berkenan hadir. Satu wisma telah di-booking dan beberapa kamar hotel telah dipesan untuk para undangan. Entahlah, saya tidak bisa membayangkan betapa terpukulnya PY dan keluarga. Saya juga tidak tahu bagaimana nasib kamar-kamar tersebut pada akhirnya.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pekan ini adalah pekan kedua PY menghabiskan waktu di Surabaya. Saya bersama beliau selama 3 hari berturut-turut.

Selasa, 18 Januari 2011
Hari ini, PY mengikuti 3 kali ujian TOEFL berturut-turut. Kemarin juga 1 kali ditambah jadwal kursus intensif. Jika kemarin PY memperoleh nilai 383, hari ini PY memperoleh peningkatan menjadi 407, 450, dan 463.
Hari ini, tidak hanya PY yang merasakan situasi genting. Tetapi juga pihak Pasca. Pasalnya, Pasca memberikan kebijakan bagi angkatan PY untuk mencapai target 475. Sedangkan untuk angkatan saya, tidak berubah tetap 500. Jika sampai sore ini PY dapat meraih 475, Pasca menyanggupi untuk tidak menunda ujian terbukanya PY esok hari. Sayang, hingga jam 5 sore, nilai terakhir yang dapat dicapai PY adalah 463. Akhirnya, pihak Pasca yang menunggu kabar nilai dari PY pun lunglai dan memutuskan untuk menunda ujian PY.
Sementara itu, saya, memperoleh 483. Ya, ujian TOEFL saya hari ini mungkin sudah yang ke 7, 8 atau 9 kalinya. Saya sudah sampai malu menghitungnya. Saya meniatkan jika minggu ini saya tidak dapat mencapai 500, maka saya akan mengikuti kursus intensif. Sebelumnya, saya masih ragu untuk mengikuti kursus tersebut. Sebab, nilai saya sebetulnya sudah tidak jauh-jauh amat dari 500. Saya pernah dapat 493 hingga 2 kali. Kemudian 470 juga 2 kali. Dua pekan lalu, nilai saya anjlok menjadi 443. Oleh karena itulah, pekan ini saya langsung mendaftar ujian 2 hari berturut-turut.
1295802328522938946
Rabu, 19 Januari 2011

Hari ini, saya dan PY ketambahan partner baru. Sebut saja PN. Beliau seangkatan dengan PY. Angkatan mereka berdua 4 tahun di atas saya. Selasa malam, PN masih berkesempatan mengikuti talkshow di sebuah TV nasional ternama. Dan hari ini hingga Jumat, PN “bersemedi” di Surabaya demi mengikuti kursus intensif dan ujian TOEFL. Untuk itu, PN bercerita bahwa ia membatalkan semua agenda 3 harinya, termasuk jadwal berbicara di TV.
Saya masih ingat, pada Agustus tahun lalu, PN pernah mengikuti ujian yang sama dengan saya. Selain kami berdua, juga ada PS. PS adalah sohib dekat PN dan PY. PS adalah seorang dosen di perguruan tinggi ternama di Yogya sekaligus (yang kata PY) adalah komisaris BUMN. Saat itu, saya memperoleh nilai 493. Sedangkan PN memperoleh 360 (kalau tidak salah ingat). Dan PS benar-benar hebat, nilainya langsung melejit hingga 560!
Akhirul kalam, PN dan saya bertemu kembali dalam ujian TOEFL yang sama di awal tahun ini. Jika tahun lalu kami bersama PS, kali ini kami bersama PY. PY dan PN adalah sama-sama staf ahli menteri. Malah, kata PY, PN menjadi staf ahli sejumlah kementerian.
Hari ini, PY hanya mengikuti 2 kali ujian. Ujian pertama, dimulainya pukul 11 dan berakhir pukul 13. Selesai ujian, seperti biasa Py harus menunggu sekitar setengah jam untuk menunggu hasil nilainya. Setelah setengah jam, petugas pun datang dengan ekspresi datar. Dengan berhati-hati, petugas tersebut menyerahkan pada PY.
“ALHAMDULILLAH YA RABBI”,….. seru PY sambil meringis.
Waaaaaaaahh, 480!!! TEMBUS TARGET!!!
Horeeeeeee…. Saya dan sahabat saya yang ikut menemani PY kemudian sama-sama mengucapkan syukur. Saya bahkan sampai lompat-lompat kegirangan. Petugas pun sampai mengelus-ngelus dada sembari berkata, “Aduuuh, saya sampai merinding Mbak melihat nilainya PY”.
“Besok saya mau ikut tes lagi ya, Mbak”, kata PY kepada petugas.
“Yakin tah mau ikut lagi? Kan sudah tembus target?” kata sahabat saya yang juga menjadi saudara PY.
“Iya, gak papa. Pengen coba, siapa tahu bisa tembus 500.”
Mmm… saya hanya menggumam mendengar itu. Sembari batin bahwa PY tidak ingin dikasihani Pasca yang telah memberi kebijakan menurunkan target menjadi 475. PY pasti juga ingin menunjukkan bahwa beliau mampu menembus 500.
Mengetahui PY dan PN masih akan mengikuti tes kembali esok hari, maka saya putuskan untuk mendaftar tes lagi. Saya menjadi bersemangat dengan hadirnya PY dan PN. Masak sih, mereka seorang pejabat di lingkaran elit saja dengan usia sekitar kepala 5 masih mau berjuang dan punya daya juang untuk memperjuangkan terus ujiannya. Masak saya yang bukan siapa-siapa dan tak punya banyak beban malah patah arang.
Ya, akhirnya saya mendaftar lagi. Biaya per ujian reguler sebesar Rp 80 ribu. Entahlah, ini daftar ujian saya yang sudah keberapa, saya sudah tidak dapat menghitungnya lagi. Mungkin sudah nyaris yang ke-10. Tapi saya mantap mendaftar karena saya memperoleh informasi bahwa esok adalah jadwal ujian TOEFL terakhir di bulan Januari. Setelah ini, bagi yang ingin mengikuti ujian masioh harus menunggu tanggal 19 Februari. Lama banget kan….!
1295786747963836955
Kamis , 20 Januari 2011

Pagi ini, saya dan PY juga PN mengikuti tes dalam ruangan yang berbeda-beda. Tapi keliatannya PN masih mengikuti kursus intensif pribadi dulu. Saya mengikuti ujian reguler dengan sekitar 20 anak dalam satu ruangan. Sedangkan PY dan PN mengikuti tes sendirian di masing-masing ruangan.
Sebelum mengikuti tes, saya menyempatkan untuk melihat hasi tes kemarin. Wahhhh, ternyata nilai saya malah turun jadi 463. Ya sudahlah, semogahari ini nilainya lebih baik. Meski kecewa, tapi tidak boleh berlarut-larut kan. Saya harus menjaga semangat agar daya juang ini tak lekang. Kalau kali ini ternyata tidak sampai 500 lagi, maka bulan depan saya berencana mengikuti kursus intensif pribadi seperti PY dan PN.
Jam 11, saya sudah keluar ruangan. Saya mengintip di ruangan lain, PN masih sedang mengikuti kursus intensif dengan seorang tutor. Di ruangan lain, saya melihat PY masih konsen mengerjakan ujian. Akhirnya saya menunggu di ruangan kosong sembari meneruskan sisa sarapan yang tadi pagi belum saya habiskan. Hari ini saya memang tidak puasa karena radang tenggorokan campur batuk dan meriang yang mengganggu.
Setelah setengah jam, PY pun selesai. Kami ngobrol di ruangan ujian PY. Sekitar 15 menit, petugas pun datang. Petugas yang sama seperti kemarin menyerahkan selembar kertas.
“ALHAMDULILLAH…… “, seru PY keras.
Waaaaaaaah, 503!!! Horeeeeeee…. Ups, alhamdulillah. Saya bertepuk tangan. Petugas tersenyum lebar. Segera saya mengabari sahabat saya yang juga saudara PY melalui SMS. Ya, sahabat saya yang biasa saya panggil Mbak Candra itu sudah pulang ke Yogya. Jadi saya harus mengabari berita gembira ini.
Mengetahui nilainya PY, saya jadi berdebar-debar. Ya, saya belum mengetahui nilai TOEFL saya pagi itu. Kemudian saya melihat papan pengumuman. Mmm, kok gak ada ya…?
Satu persatu lembar pengumuman di papan kaca saya periksa. Oh, ada kok ternyata. Waaaaaa, 500!!!
Horeeeee…. ALHAMDULILLAH!!!
1295803138275034933

Jumat, 21 Januari 2011
Pagi ini saya mengirim SMS pada PY menanyakan kabar PN.
“Belum tahu, terakhir masih 460 kemarin”, balas SMS PY.
Mmm, meski saya tidak begitu mengenal dekat PN seperti saya pada PY, tetap saja perasaan kebersamaan senasib sepenanggungan membuat saya memperhatikan PN. Kemarin, saya meminta PY untuk tidak pulang ke Yogya agar PN tidak sendirian di Surabaya. Tapi PY mengatakan bahwa PN mengundang sejumlah orang dari otoritas moneter di wilayah Jawa Timur untuk berdiskusi dengan PN. Ya sudahlah kalau begitu. Setidaknya PN kan masih ada kegiatan penghiburan di Surabaya.
Malam, saya mengabari PS via Fesbuk tentang nilai TOEFL PY dan saya. PS kebetulan berada di Belanda selama seminggu. Tengah malam, PS membalas Fesbuk saya “Pak N tembus 530…”.
ALHAMDULILLAH….
1295802525362403107

Minggu, 23 Januari 2011
Malam ini saya merenung kembali. Saya mengingat ‘perjuangan’ PY dan PN dalam memperjuangkan target nilai TOEFL. Setidaknya ada hal berkesan di hati saya tentang mereka, termasuk pula tentang PS.
Pertama, mereka bertiga adalah orang yang berada dalam posisi mapan dan punya nama. Mereka berada dalam lingkaran penting para elit eksekutif di negeri ini. Tetapi, ternyata mereka masih mau berjuang untuk meraih capaian studi tertinggi. Ketika banyak orang tak penting yang berlaku instan dan membenarkan segala cara untuk memperoleh ijasah, mereka bertiga mau bekerja keras dan tak berpikir ilegal. Begitu juga ketika banyak orang penting dan berada dalam lingkaran elit yang memanfaatkan uangnya untuk membeli segala sesuatu, termasuk ijasah atau malah selembar sertifikat TOEFL, mereka masih mau jujur dan mau bekerja keras.
Kedua, mereka sangat rendah hati. Hal ini setidaknya tercermin dari ketidaktahuan banyak orang di kampus tentang atribut mereka. Saya yakin, tak banyak yang tahu bahwa mereka sesungguhnya adalah staf ahli menteri dan seorang komisaris BUMN. Atribut itu tidak pernah mereka gunakan untuk memperoleh fasilitas dan kemudahan dari kampus. Meski PN ketika tampil di TV seringkali menampilkan orang yang sinis dan bergaya atau malah seolah sok tahu, tapi ketika berinteraksi dengan beliau, saya melihat sisi lainnya yang rendah hati. Ucapannya memang kerap menohok, tapi memang begitulah karakternya. Saya yakin beliau tak bersikap demikian pada semua orang. Hanya pada pihak-pihak yang memang layak mendapat kritik tajam sajalah beliau demikian.
Ketiga, saya semakin meyakini tentang cara pandang saya bahwa tak semua “pejabat/anggota dewan/menteri dan para elit di lingkaran kekuasaan” adalah orang-orang yang haus harta dan tahta. Masih ada orang yang punya hati, tulus, mau bekerja keras, dan peduli pada negeri ini. Polah sejumlah elit yang “tak beres”, tidak boleh membuat kita berpikir sempit dengan menggeneralisir semua orang yang berada dalam lingkaran elit bersikap “tak beres” pula.
Ya, jangan pesimis melihat kondisi negeri ini. Masih banyak tunas-tunas muda negeri ini yang peduli, tulus, mau bekerja keras, dan cinta negeri ini. Politik sesungguhnya bukanlah tujuan, tapi alat untuk membuat perubahan yang lebih bagi negeri ini. Banyak politikus bermuka dua, tetapi saya yakin masih ada politikus yang kaya hati untuk membangun negeri ini.
Mmm, jadi pengen nyanyi lagunya Shoutul Harakah. Setiap kali hati gentar dan semangat surut menatap masa depan, Indonesia Memanggil yang dikarang Ustadz Tate Qomaruddin ini selalu membangun kembali bara di dada…
Ha … Ha … Ha …
Singsingkan lengan baju pancangkan asa
Ukirlah hari esok pertiwi jaya
Bergandengan tangan tuk meraih ridho Allah
Buatlah negri ini slalu tersenyum
Bahagia dan Sejahtera dalam cinta-Nya
Tiada lagi resah tiada lagi duka lara
Negeri indah Indonesia
Memanggil namamu
Menyapa nuranimu
Negeri indah Indonesia
Menanti hadirmu
Rindukan karyamu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI