Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jalur Rawan Macet Menuju Arah Selatan Jawa Timur yang Kian Carut Marut

5 Februari 2012   10:25 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:02 1971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_168521" align="alignleft" width="300" caption="Jalur Ngopak/Rejoso-Tongas"][/caption] Rata-rata setiap pekan saya selalu menyusuri rute Lumajang-Surabaya pulang pergi (PP). Sebelum terjadi peristiwa Lumpur Lapindo, rute sekali perjalanan biasanya menempuh normal 3,5 jam dan selambat-lambatnya 4 jam. Setelah peristiwa Lumpur Lapindo, waktu tempuh menjadi lebih lama, yaitu 4 jam dan selambat-lambatnya 4,5 jam.

Saya lupa kapan mulai tepatnya arah Tongas-Ngopak/Rejoso yang merupakan titik pertemuan jalur utara dan selatan menuju tapal kuda itu menjadi titik macet kedua setelah Porong. Mungkin sekitar awal 2010-an. Saat itu saya menggunakan mobil travel dan harus menempuh 7 jam arah Lumajang-Surabaya. WHAAAAAT? Padahal Surabaya-Yogyakarta dengan kereta api ‘hanya’ sekitar 5 jam. Ke Jakarta dengan pesawat ‘hanya’ menjadi 1,5 jam. Sedangkan Lumajang yang masih satu provinsi dengan Surabaya harus dilalui 7 jam. Padahal ke Jember yang letaknya 1,5 jam dari Lumajang dapat ditempuh dengan kereta dari Surabaya sekitar 4 jam. Betapa tidak produktifnya waktu saya jika harus menghabiskan waktu selama itu di jalan. Sejak saat itulah saya beralih kepada bis antar kota dan tidak pernah naik mobil travel hingga saat ini.

[caption id="attachment_168576" align="alignright" width="300" caption="Banjir di Ngopak, 4 Februari 2012"]

1328451311148683700
1328451311148683700
[/caption]

Mungkin sudah setahun belakangan ini, rata-rata waktu yang saya butuhkan dari Lumajang ke Surabaya membutuhkan waktu 5 jam. Artinya, antar terminal di Lumajang dan terminal Purabaya, Sidoarjo itu membutuhkan waktu 4,5 jam dan kemudian melanjutkan perjalanan ke tengah kota dengan taksi sekitar 20-30 menit normal. Dengan bis kota dan taksi saja sudah memakan waktu sedemikian rupa, apalagi jika saya naik mobil travel, tentu akan jauh lebih lama karena masih harus menjemput penumpang dari segala penjuru dan mengantarkan penumpang ke semua penjuru meski biayanya lebih murah daripada bis+taksi. Ah Surabaya, semakin rawan pula kemacetan akibat banjir di sejumlah titik-titik kritis.

[caption id="attachment_168578" align="alignleft" width="300" caption="Banjir di Surabaya, yang menambah macet jika ingin ke Terminal Purabaya, Bungurasih"]

13284519641419253173
13284519641419253173
[/caption] Nah, mungkin sudah 1-2 bulan ini, waktu tempuh menjadi lebih lama 1 jam karena titik macet di sepanjang rute tersebut bertambah. Jika dulu hanya sekitar Porong-jembatan atau Porong-pertigaan, sekarang merambah Porong-Kejapanan (Gempol). Duh Gustiiiiiiiii, saya teringat ketika hari Sabtu, 21 Januari lalu. Saya ingat betul, saya keluar dari terminal Purabaya, Bungurasih, itu jam 7 malam tet. Dan sepanjang jalan merayap abnormal lantaran akan liburan Imlek. Rute yang titik macetnya bertambah dan makan waktu lama, menjadi lebiiiiiiiiiiiiiiiiiiih lama. Akhirul kalam, saya baru sampai Lumajang pukul 2.30 dinihari.

Hari Jumat kemarin, 3 Februari, kolega saya dari Surabaya hendak ke Malang. Waktu tempuh normalnya mungkin selambat-lambatnya sekitar 2,5 jam. Kemarin menjadi 2 kali lipat. Menjadi 5 jam karena titik macet di Porong-Kejapanan! Kolega saya yang lain pernah dari Jember menuju Batu (Malang) harus menempuh perjalanan 11 jam karena titik macet di Tongas-Ngopak/Rejoso.

[caption id="attachment_168524" align="alignright" width="300" caption="Jalanan Rusak Berlubang Ngopak/Rejoso-Tongas"]

132843770024086951
132843770024086951
[/caption] Mmm, jalanan rusak dan banyak bolong-bolongnya yang menyebabkan jalan menjadi merayap di sekitar Ngopak/Rejoso-Tongas. Sedangkan Porong-Kejapanan tetap macet seperti biasa tanpa saya ketahui jelas kenapa area macetnya semakin panjang mencapai wilayah Gempol. Dan Sabtu kemarin, 4 Februari, kemacetan bertambah karena Ngopak banjir. Lengkaplah sudah waktu yang harus saya tempuh setiap pekannya. Kalau pas naik bis patas atau kendaraan pribadi, tentu banyak yang bisa saya lakukan untuk menghabiskan waktu di jalan, mulai dari membaca, mendengarkan lagu, mengaji atau yang lainnya. Tapi kalau pas naik bis ekonomi yang berdesakan dan bercampur asap rokok, waduuuuuuh, mana tahaaaaan…. Paling pol menikmati suguhan lagu para pengamen bis kota sembari memaknai kehidupan jalanan.

[caption id="attachment_168529" align="alignright" width="252" caption="Macet, 4 Februari 2012"]

13284384701324889
13284384701324889
[/caption] Saya tidak tahu mengapa kontraktor pembangunan jalanan memilih untuk menggarap perbaikan jalan di musim hujan. Bukankah gali-galian ini selain semakin memperkecil area jalan raya, juga akan menjadi semakin lama terselesaikan karena sering terhambat pengerjaannya karena hujan? Saya juga tidak tahu kenapa jalan provinsi tak segera diperbaiki. Mungkin saja Pemerintah Kabupaten mengganggap itu tanggung jawab Pemerintah Provinsi atau sebaliknya. Dari sisi ekonomi, pemborosan waktu tempuh ini juga menjadi opportunity cost. Temasuk untuk saya, waktu yang seharunsy bisa saya manfaatkan untuk istirahat, membaca, bermain dengan anak-anak atau menulis sesuatu, menjadi tersita di jalan.

[caption id="attachment_168530" align="alignleft" width="300" caption="Macet, 4 Februari 2012"]

13284387891062598300
13284387891062598300
[/caption] Mmm…

Harus melapor dan meminta tolong kepada siapa ya agar masalah ini dapat terpecahkan?

Mmm…

Jakarta saja yang sudah menyerahkan pada ahlinya ya tetap saja bergelimang kemacetan.

Mmm…

Kasus Porong saja yang sudah berlangsung sejak Mei 2006 ya tetap begitu-begitu saja, bahkan orang yang seharusnya bertanggungjawab akan mencalonkan diri menjadi Presiden.

Mmm..

Inilah sisi lain dari rumitnya negeri yang bernama Indonesia.

[caption id="attachment_168531" align="aligncenter" width="300" caption="Banjir di Probolinggo "]

1328439116128893835
1328439116128893835
[/caption] [caption id="attachment_168532" align="aligncenter" width="300" caption="Banjir di Probolinggo "]
13284392001152378609
13284392001152378609
[/caption] [caption id="attachment_168533" align="aligncenter" width="300" caption="Ngopak/Rejoso-Tongas"]
1328439392134982677
1328439392134982677
[/caption]

[caption id="attachment_168535" align="aligncenter" width="300" caption="Porong (Area Lumpur Lapindo) "]

13284401232041111129
13284401232041111129
[/caption] [caption id="attachment_168540" align="aligncenter" width="300" caption="Porong (Area Lumpur Lapindo)"]
1328441892581315173
1328441892581315173
[/caption] [caption id="attachment_168542" align="aligncenter" width="300" caption="Porong (Area Lumpur Lapindo)"]
13284421781407751080
13284421781407751080
[/caption] [caption id="attachment_168546" align="aligncenter" width="300" caption="Porong (Area Lumpur Lapindo)"]
132844235310129065
132844235310129065
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun