Mohon tunggu...
Khairunnisa Musari
Khairunnisa Musari Mohon Tunggu... lainnya -

"Satu peluru hanya bisa menembus satu kepala, tapi satu telunjuk (tulisan) mampu menembus jutaan kepala" - Sayyid Quthb. Untuk artikel 'serius', sila mampir ke khairunnisamusari.blogspot.com dan/atau http://www.scribd.com/Khairunnisa%20Musari...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Syirkah Ala Tapal Kuda: Membumikan Ekonomi Syariah Melalui Grup Nasyid...

10 September 2014   12:36 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:08 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_358234" align="alignright" width="300" caption="Launching Album Perdana"][/caption]

Tang ting tang ting  jek jek….

Islam telah mengajarkan

Pada kita tentang aturan

Mulai dari perdagangan

Sampai masalah harta warisan

Islam juga mengatur kita

Tentang hubungan antar manusia

Agar kita dapat menjaga

Jaga hati, jaga mata, jaga telinga

Islam…bukan cuma aturan

Karenanya..harus jadi tuntunan

Islam…jalan untuk selamat

Selamanya…di dunia dan akhirat

Rame-rame yo kita belajar

Agar kita jadi orang berakal

Rame-rame yo kita beramal

Agar kita jadi orang beriman

-----------------------------------------

[caption id="attachment_358236" align="aligncenter" width="300" caption="Berita DNA di Media Lokal "]

14103021171112665122
14103021171112665122
[/caption]

Pertama kali saya menyaksikan langsung grup nasyid Djember Nasyid Acapella (DNA) bernyanyi adalah setahun lalu ketika menghadiri undangan Halal Bihalal dan Serah Terima Wakaf Gedung Qur’an ‘Aliah’ senilai Rp 2 M dari seorang cucu Buya Hamka kepada Ma’had Tahfiz Qur’an (MTQ) Ibnu Katsir Jember. Grup nasyid ini cukup familiar buat saya karena lingkungan pertemanan saya di Jember juga merupakan lingkungan para personil DNA. Namun demikian, saya belum pernah bertemu mereka secara langsung dan belum pernah menyaksikan penampilan mereka.

Pertemuan dengan DNA kemudian berlanjut di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember (FTP UJ). Saat itu, saya diundang menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Nasional “Kehalalan Pangan Menuju Indonesia Sejahtera” yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam (UKMKI) Kosinus Teta FTP UJ di bulan Oktober 2013 sebagai rangkaian kegiatan dari Musyawarah Besar Nasional Ikatan Mahasiswa Muslim Peduli Pangan & Gizi (IMMPPG). DNA diundang untuk memberi hiburan. Saat itulah saya dapat menyaksikan lebih dekat penampilan mereka. Saya tidak hanya dapat mengenali masing-masing personil, tetapi saya juga dapat mendengarkan senandung mereka dengan lebih baik.

Lirik lagu di atas adalah salah satu lagu milik Gradasi berjudul Islam yang menggubah lirik dan aransemen lagu Gethuk. DNA menyanyikannya dalam kegiatan seminar nasional di FTP UJ. Jika menyimak liriknya, mungkin tampak tidak populis karena tema dan sebagian diksi yang ada pada lagu tersebut tidak lazim. Namun, lirik yang dibawakan dengan cara bernasyid acapella ternyata menjadi menarik. Istilah ‘perdagangan’ dan ‘harta warisan’ adalah istilah yang sangat erat dengan ekonomi syariah. Dengan nasyid, kata-kata yang tampaknya mustahil menjadi lirik lagu popular ternyata mampu disampaikan dengan baik. Buat saya, Gradasi dan DNA dapat menjadi simbol bahwa nasyid mampu menjadi alat untuk mendakwahkan ekonomi syariah kepada masyarakat.

Hal paling menarik dari DNA, buat saya, adalah pembuatan CD album perdana mereka yang tanggung renteng. Dengan cara gotong royong dari para donatur dan mitra kerja, DNA akhirnya dapat memproduksi dan mempromosikan album perdana. Ya, mungkin proses produksi CD album perdana DNA dapat menjadi contoh syirkah ala Tapal Kuda. Jangan bayangkan adanya figur orang kaya atau perusahaan besar di balik produksi album DNA. Mereka yang ‘keroyokan’ terlibat didalamnya malah merepresentasikan pondok pesantren (ponpes) tahfidz Qur’an, lembaga amil zakat (LAZ), dan media muslim. Ponpes-nya juga masih belum genap berusia 3 tahun. LAZ-nya pun bukan level nasional. Malah, toko kue yang turut ‘keroyokan’ juga hanya level mikro yang menjual produk makanan berbasis singkong. Namun, alhamdulillah, sosok-sosok tulus yang dikenal akan pengabdian keilmuan dan sosialnya yang tinggi terhadap dunia pendidikan dan kemasyarakatan yang berada di dalam lembaga-lembaga tersebut dapat menarik beberapa media lokal dengan jaringan nasional untuk turut membantu mengangkat cerita tentang DNA dan karyanya. Bahkan sebuah provider telekomunikasi juga turut membantu promosi album dengan menyediakan kartu perdana untuk setiap pembelian CD Album DNA. Dan…. buah kerja keras DNA dan ketulusan hati orang-orang yang ingin berkontribusi dalam membantu dakwah melalui nasyid berbuah CD album berjudul Jangan Cukup Sabar.

[caption id="attachment_358235" align="aligncenter" width="300" caption="DNA Mengisi Hiburan Halal Bihalal Dharma Wanita Persatuan Universitas Jember"]

14103019841493479072
14103019841493479072
[/caption]

Kini… DNA yang bermodal manggung di 5 kabupaten di Tapal Kuda, yaitu Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, dan Banyuwangi, sepertinya mulai berkeinginan kuat untuk masuk pasar Jawa Timur.  Saya merasa, mereka mungkin tidak berani bermimpi untuk menembus industri musik nasional. Salah satu ‘penyakit’ orang di daerah itu biasanya adalah faktor kepercayaan diri. Namun, siapa yang tahu bila Allah ternyata mengizinkan mereka untuk mampu berkarya dan bersanding dengan grup-grup nasyid ternama di negeri ini. Bila metode tanggung renteng atau gotong royong atau ‘keroyokan’ atau bahasa saya - syirkah ala Tapal Kuda - ini diterapkan, maka tentu tidak mustahil DNA dapat berkiprah dalam pentas yang lebih besar. Siapa yang tahu bila ada bank syariah atau lembaga keuangan syariah atau ada perusahaan besar yang bersedia memboyong DNA untuk berdakwah lewat nasyid ke panggung nasional kan… #provokasi_promosi =D

Lalu, pelajaran apa yang bisa dipetik dari cerita tentang DNA dan CD album perdananya bagi para pelaku ekonomi syariah? Setidaknya buat saya, pelajaran pentingnya adalah… berdakwah itu harus berjamaah. Jika ingin mendakwahkan ekonomi syariah, maka stakeholders ekonomi syariah harus membentuk shaf-shaf yang bergerak untuk membumikan ekonomi syariah. Stakeholders ekonomi syariah bukan hanya otoritas, industri perbankan, lembaga keuangan, MUI, perguruan tinggi, LAZ, ponpes… tapi siapapun dengan entitas Islam yang dimilikinya sesungguhnya juga merupakan stakeholders dari ekonomi syariah.

Berdakwah itu harus berjamaah. Berjamaah itu seperti air yang mengalir mencari tempat yang lebih rendah. Jika ia terhalang oleh kekuatan besar, air akan berkumpul lalu menembus dengan dahsyatnya. Berjamaah itu seperti roda dengan berbagai elemen di dalamnya yang memiliki fungsi sendiri-sendiri, namun bekerja bersama-sama untuk berputar. Berjamaah itu seperti pohon pisang yang seluruh tubuhnya memberi manfaat dan bila dipotong masih dapat tumbuh tunasnya. Berjamaah itu seperti lebah yang membangun kerajaan dengan bekerja sama, sabar, dan teliti untuk menjadi tempat berlindung dan melindungi kelangsungan hidup mereka.

Akhirul kalam, dari secuplik kisah perjalanan DNA memberi pesan bahwa membumikan ekonomi syariah memiliki banyak jalan. Salah satunya melalui nasyid….

Untuk artikel terkait, sila mampir ke tulisan-tulisan berikut ini:

http://sejarah.kompasiana.com/2013/09/01/seri-2-ibnu-katsir-jember-cucu-dari-guru-buya-hamka-itu-mewakafkan-gedung-rp-2m-untuk-mahad-kami-585617.html

http://sosok.kompasiana.com/2014/02/04/prof-ir-achmad-subagio-magr-phd-dosen-berprestasi-nasional-yang-kini-menjadi-produser-grup-musik-629413.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun