Aceh, ketika orang mendengar nama tersebut maka akan muncul berbagai persepsi. Ada yang terbayang daerah penuh konflik, daerah penuh aturan dalam syari’at islam. Namun ada juga yang terbayang Pliek U (masakan khas Aceh) dan Tari saman. Terlepas dari anggapan mereka semua, sebaiknya setiap masyarakat Aceh harusnya bangga dengan apa yang dimiliki sekarang. Masyarakat Aceh sebenarnya adalah masyarakat yang Kaya. Kaya akan kebudayaan, sumber daya alam seperti laut, pegunungan dan hal-hal lainnya.
Namun mengapa Aceh hanya terkenal akan konflik-konfliknya saja? Nah lagi-lagi, itulah ulah media. Dimana media pasti akan lebih sering mengekspos berita-berita yang kurang sedap didengar. Karena hal tersebut bisa meningkatkan rating berita dan menjadi konsumsi tertinggi penonton. Berdasarkan fakta ini, seharusnya harus ada penggerak yang mampu mengubah paradigma ini. Dibutuhkan sosok yang mampu mengarahkan pikiran masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia agar memiliki tanggapan yang baik terkait apapun yang berhubungan dengan Aceh.
Mahasiswa! Yang salah satu fungsinya sebagai agent of change sudah seyogyanya mampu menjadi tonggak dan penggerak yang dapat memperbaiki citra Aceh. Ada banyak hal yang bisa dilakukan salah satunya adalah menggelar pameran seni didaerah perantauan. Seperti yang dilakukan oleh mahasiswa aceh yang berada di yogya dalam acara “Seudati” Seni kebudayaaan Aceh untuk Indonesia. Acara tersebut diadakan pada tanggal 1 juni 2013 dan akhirnya sukses menghipnotis ratusan pengunjung. Hal ini bisa menjadi teladan bagi mahasiswa-mahasiswa Aceh yang sedang berada dimanapun. Lakukanlah perubahan, agar orang-orang di luar sana tahu bahwa Aceh bukannlah hanya sekedar daerah konflik saja. Jika hal buruk saja bisa booming sebegitu hebatnya, mengapa hal yang baik tidak. Maka dari itu butuh usaha untuk memperkenalkan kekayaan buadaya dan hal-hal lainnya yang menjadi kebanggaan Aceh. Bukan bermaksud pamer, namun agar orang-orang tahu Aceh yang sebenarnya. Sebuah daerah yang elok, permai, makmur dan kaya.
