Mohon tunggu...
Khairunnisa
Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Saya suka membaca buku dan saya juga suka nonton konser

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Anak Bungsu

9 Mei 2024   18:15 Diperbarui: 9 Mei 2024   18:28 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi persawahan luas dengan udara sejuk, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan tiga orang anak. Kakak sulung bernama Dinda, kakak kedua bernama Arif, dan adik bungsu bernama Icha. Icha, dengan rambut ikalnya yang menggemaskan dan senyumnya yang ceria, menjadi kesayangan keluarga. Sejak kecil, Icha selalu mengikuti jejak sang kakak ke mana pun dia pergi. Dia selalu ingin bermain bersama mereka, bahkan terkadang kakaknya merasa kesal karena Icha masih kecil dan belum bisa mengikuti permainan mereka.

Suatu hari, Dinda dan Arif sedang pergi memancing di sungai. Icha yang sangat ingin ikut, memohon kepada orang tuanya untuk diizinkan pergi. Awalnya, orang tua Icha ragu karena Icha masih kecil dan takut tersesat. Namun, karena Icha terus memaksa dengan penuh semangat, akhirnya orang tuanya memberikan izin.

Sesampainya di sungai, Dinda dan Arif segera mulai menyiapkan peralatan memancing. Icha tidak tahu harus berbuat apa, sehingga dia hanya duduk di tepi sungai dan memperhatikan kakaknya. Tiba-tiba, Icha melihat seekor kupu-kupu cantik terbang di atas bunga. Icha segera berusaha mengusir kupu-kupu itu.

Icha berlari sekuat tenaga mengikuti kawanan kupu-kupu yang berterbangan ke sana. Dia tidak menyadari bahwa dia semakin menjauh dari saudaranya. Saat Icha akhirnya berhasil menangkap kupu-kupu tersebut, ia berada di tempat yang asing dan sunyi. Icha mulai merasa panik. Dia tidak tahu ke mana harus pergi. Dia mencoba mencari jalan kembali tetapi tidak berhasil. Icha mulai menangis karena ketakutan.

Tiba-tiba Icha mendengar suara langkah kaki. Ia menoleh dan melihat seorang lelaki tua tersenyum ramah kepadanya. Kakek bertanya "mengapa Icha sendirian dan terlihat ketakutan?". Rara pun menceritakan kejadian yang menimpanya. Kakek mengerti dan berusaha menenangkan Icha. Kakek kemudian mengajak Icha ke rumahnya. Di sana, kakeknya memberinya makanan dan air minum. Icha merasa lebih tenang dan tidak takut lagi.

Setelah Icha merasa lebih baik, kakeknya membantunya mencari jalan pulang. Kakek bertanya kepada beberapa orang yang dijumpainya di jalan apakah mereka mengenal Icha. Akhirnya, mereka bertemu dengan seorang laki-laki yang mengenal Icha. Bocah itu adalah teman Dinda dan Arif. Icha senang bisa bertemu dengan teman adiknya itu. Teman kakaknya lalu mengantarkan Icha pulang. Orang tua Icha sangat lega melihat Icha kembali dengan selamat. Mereka mengucapkan terima kasih kepada lelaki tua itu karena telah membantu Icha.

Sejak peristiwa itu, Icha lebih berhati-hati saat bermain bersama kakaknya. Ia tidak lagi memaksa untuk selalu menemani mereka ke mana pun. Icha pun belajar untuk lebih mandiri dan tidak selalu bergantung pada adiknya.


Pesan moral yang bisa di ambil yaitu:

  • Anak bungsu tidak harus selalu mengikuti jejak kakaknya.
  • Penting untuk belajar mandiri dan tidak selalu bergantung pada orang lain.
  • Kita harus selalu berhati-hati saat bermain dan tidak boleh pergi ke tempat yang asing sendirian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun