Kesalahan berbahasa merupakan bagian tak terpisahkan dari proses belajar mengajar bahasa. Baik dalam pembelajaran informal maupun formal, kesalahan berbahasa selalu hadir sebagai bagian integral dari proses penguasaan bahasa. Kaitan erat antara pembelajaran bahasa dan kesalahan berbahasa menjadikannya fenomena yang lumrah dan tak terelakkan dalam proses belajar.Â
Kesalahan pada tataran morfologi berkaitan dengan pembentukan kata. Kesalahan ini masih sering dilakukan oleh pengguna bahasa. Beberapa jenis kesalahan berbahasa pada tataran morfologi adalah kesalahan afiksasi, kesalahan komposisi, dan kesalahan reduplikasi.
Kesalahan pada tataran morfologi dalam penggunaan bahasa di ruang publik sering ditemukan, misalnya pada penggunaan afiksasi dan komposisi yang tidak tepat. Contoh kesalahan afiksasi ditemukan dalam spanduk dengan tulisan: "Ngobrol dan Diskusi Asyik Bersama Gubernur". Kata "ngobrol" tidak tepat secara morfologis.
Tidak Baku    Baku
Ngobrol       Mengobrol
Kata "ngobrol" seharusnya mendapatkan afiks meN-Â sehingga menjadi "mengobrol". Penggunaan imbuhan yang disingkat memang biasa digunakan dalam bahasa lisan, tetapi dalam bahasa tulis seharusnya digunakan secara lengkap.
Contoh kesalahan berikutnya ditemukan sebagai berikut spanduk kalimat himbauan dengan tulisan:"AYO PAKAI MASKER" Terdapat kata yang secara morfologis tidak tepat yaitu kata "pakai".
Tidak Baku   Baku
pakai         memakai
Secara morfologis, penggunaan imbuhan me secara eksplisit diperlukan. Me- + pakai = memakai, yang membentuk kata kerja bermakna "melakukan perbuatan". Oleh karena itu, bentuk yang tepat adalah "memakai".
Kesalahan pada penulisan kata ulang/repetisi juga ditemukan dalam penggunaan bahasa di ruang publik. Sebagai contoh pada spanduk ditemukan "SAUDARA SAUDARA KU". Penulisan seperti ini tidak tepat karena untuk pengulangan sebaiknya menggunakan tanda hubung (-) dan untuk penulisan klitika -ku digabung dengan kata yang dimaksud. Bentuk pembenarannya: "SAUDARA-SAUDARAKU".