Resesi atau yang biasa kita kenal dengan kondisi perekonomian suatu negara mengalami penurunan atau memburuk dalam waktu yang cukup lama, ditandai dengan turunnya output produksi, tingginya pengangguran, dan penurunan harga. Resesi berawal dari lemahnya ekonomi global yang dapat mempengaruhi perekonomian dalam dan luar negeri.
Apa Saja Pemicu Terjadinya Resesi Pada Tahun 2023
- Pandemi Covid-19, meskipun secara bertahap memudar dan banyak negara telah memberhentikan warganya untuk melanjutkan bisnis seperti biasa. Namun, saat wabah Covid-19 merebak di awal tahun 2020-awal tahun ini, aktivitas ekonomi global turun. Setiap negara lebih fokus pada penanganan situasi COVID-19 dan memberlakukan pembatasan kegiatan, termasuk kegiatan ekonomi. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi global juga melambat. Pada saat yang sama, banyak negara melindungi pangan dari merebaknya wabah Covid-19 yang sedang berlangsung, yang menaikkan harga pangan karena kurangnya pasokan. Di penghujung tahun 2020, Indonesia juga mengalami resesi ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
- Perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina sejak Februari lalu telah mengurangi PDB global menjadi 2,8 triliun dolar. Perang antara Rusia dan Ukraina mengganggu rantai pasok global dan menimbulkan krisis, terutama di sektor pangan dan energi, yang pada gilirannya memicu inflasi. Perang antara Rusia dan Ukraina adalah faktor utama di balik resesi ekonomi global yang diperkirakan akan melanda pada tahun 2023.
- Inflasi tinggi. Dalam rilis Juli 2022, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi prospek ekonomi globalnya menjadi inflasi global karena harga pangan dan energi serta ketidakseimbangan penawaran dan permintaan. Inflasi diperkirakan naik menjadi 6,6 persen di negara maju dan 9,5 persen di negara berkembang tahun ini. Perkiraan terbaru angka inflasi naik 0,9 dan 0,8 poin persentase (persen) dibandingkan perkiraan sebelumnya pada April 2022 (Bisnis Indonesia, 28/09/2022). Tekanan inflasi global dan tingginya harga beberapa komoditas pangan dan energi (minyak mentah, gas alam, dan batu bara) akibat gangguan rantai pasokan akibat perang antara Rusia dan Ukraina telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperpanjang pelonggaran fiskal dan moneter. Stimulus mengurangi dampak inflasi.
- Kenaikan suku bunga acuan. Bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga secara serentak sejak paruh kedua tahun ini, seperti Bank of England dan Federal Reserve (The Fed). Tekanan inflasi dari negara-negara Barat dan Amerika Serikat memaksa bank sentral menaikkan suku bunga acuannya untuk meredam inflasi. Hal yang sama berlaku untuk kenaikan suku bunga acuan di negara-negara G20 seperti Brasil, India, dan india. Pada tahun 2022, Bank of England akan menaikkan suku bunga sebesar 200 basis poin. Pada saat yang sama, The Fed menaikkan suku bunga utamanya sebesar 300 basis poin. Menanggapi hal tersebut, Bank Indonesia juga menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin menjadi 5,25% pada November 2022. Pada saat yang sama, kenaikan suku bunga dari bank sentral di seluruh dunia akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan resesi ekonomi global.Â
Berapa Lama Resesi Tahun 2023 Diperkirakan Akan Berlangsung?
Panjang resesi tahun 2023 tidak pasti, tetapi ada beberapa prediksi. Menurut survei para CEO AS , ekonomi mungkin tidak akan pulih hingga akhir 2023 atau pertengahan 2024, dan resesi dapat berlangsung selama tiga perempat. Resesi selama setengah abad terakhir berkisar antara 18 bulan hingga hanya dua bulan, dan ekonom Federal Reserve yakin penurunan berikutnya mungkin bertahan lebih lama dari biasanya. Namun, banyak analis memperkirakan resesi yang relatif ringan dan singkat, atau yang terkadang disebut sebagai resesi dengan "r" kecil. National Association of Business Economics ( NABE ) memperkirakan bahwa ekonomi akan tumbuh 0,8% pada tahun 2023, berdasarkan perubahan rata-rata PDB selama empat kuartal dibandingkan dengan tahun 2022. NABE juga memperkirakan bahwa resesi akan dimulai pada tahun 2023 lebih lambat dari yang diperkirakan sebelumnya, dan rata-rata perolehan pekerjaan akan meningkat.Â
Apakah Masyarakat Indonesia Akan Mengalami Kemiskinan?
Indonesia saat ini sedang mengalami keterpurukan ekonomi atau resesi eknomi yang ditandai dengan pemutusan hubungan kerja massal di salah satu perusahaan dagang negara, yang artinya pemutusan hubungan kerja tersebut merupakan konsekuensi tidak langsung dari penurunan daya beli negara saat ini. Bahan bakar yang naik jadi lebih baik hemat dan hemat daripada membeli kebutuhan pokok yang tidak terlalu penting.
Apa Saja Dampak Resesi Bagi Masyarakat Indonesia Saat Ini?
Selain harga meningkat sehingga dapat menjadi proses stagflasi, resesi ekonomi bisa terjadi karena deflasi. Situasi itu konoon bisa menggelapkan ekonomi tahun depan, berikut dampak resesi bagi masyarakat.
- Resesi ekonomi memaksa sektor riil membatasi kapasitas produksinya, sehingga sering terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK), bahkan beberapa perusahaan bahkan menghentikan usahanya.
- Pengembalian instrumen investasi lemah, sehingga investor cenderung menginvestasikan dananya dalam bentuk investasi yang aman.
- Disruptive economy tentunya akan mempengaruhi daya beli masyarakat, karena mereka akan lebih selektif dengan uangnya, fokus dulu untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Menurut para ahli, resesi itu terjadi saat penjualan eceran menurun, pengangguran dalam perekonomian negara meningkat, output serta pendapatan menurun dan (PDB) produk domestik bruto negatif.
Menurut saya, resesi merupakan suatu kegiatan aktivitas ekonomi yang menurun secara drastis, hal ini terjadi karena beberapa faktor salah satunya seperti kebijakan ekonomi yang tidak efektif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H