Isu global adalah setiap peristiwa atau wacana yang mampu menyita perhatian masyarakat global, bagaimana masyarakat merespon isu tersebut salah satunya ditentukan oleh kuatnya pengaruh yang ditimbulkan dari isu tersebut.
Masih banyak daerah-daerah di Indonesia yang kurang mendapat perhatian pemerintah di bidang pendidikan. Ini merupakan sebuah kesenjangan pendidikan, daerah-daerah yang berada di kota atau dekat dengan pusat pemerintahan memiliki mutu Pendidikan yang baik. Sedangkan untuk daerah-daerah pinggiran kualitas tenaga pendidik sangat kurang dan jumlahnya pun terbatas. Fasilitas yang dimiliki oleh suatu sekolah terkesan seadanya. Ketimpangan akses pendidikan di Indonesia meliputi keterbatasan infrastruktur, ketimpangan ekonomi, keterbatasan akses informasi dan teknologi dsb.Â
Melihat dari kondisi geografis di Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan, menjadi tantangan yang besar untuk menyamaratakan kualitas Pendidikan antar daerah. Contoh di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Wonosobo, memiliki kualitas pendidikan yang rendah. Hal ini dibuktikan dengan data dari BPS Jateng (2020) sensus tahun 2018-2020 mengatakan, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Kabupaten Wonosobo memiliki persentasi urutan 3 besar terendah di Provinsi Jawa Tengah. Selain, angka partisipasi sekolah (APS) yang rendah, kondisi perekonomian masyarakatnya juga bisa dikatakan dalam kondisi miskin. Hal ini
diungkapkan oleh Kepala Bappeda Jawa Tengah dalam konferensi pers Musrenbang Jateng tanggal12 Februari 2020 (Humas Jateng, 2020)
Salah satu negara yang memiliki ketimpangan aksesibiltas adalah negara Nigeria. Dilansir dari EPDC Spotlight on Nigeria, Nigeria memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat namun dengan distribusi pendapatan yang tidak merata, dan kesenjangan dalam akses terhadap pendidikan dapat memperparah kesenjangan sosial. Menurut Laporan Pembangunan Manusia dari Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) , pembangunan regional di Nigeria yang diukur dengan Nilai Indeks Pembangunan Manusia adalah yang terendah di Timur Laut dan tertinggi di Selatan-Selatan, menunjukkan adanya kesenjangan pembangunan antara wilayah yang tidak memiliki daratan dan wilayah pesisir.Â
Sementara itu, keterbelakangan tampaknya berkaitan dengan rendahnya tingkat pendidikan. Untuk mempersempit kesenjangan pendidikan, perhatian lebih perlu diarahkan ke daerah-daerah yang kurang berkembang, seperti Timur Laut dan Barat Laut. Nigeria mempunyai jumlah anak putus sekolah terbesar di dunia, dengan lebih dari 8 juta anak usia 7-14 tahun tidak bersekolah. Profil Anak-anak Putus Sekolah EPDC untuk Nigeria menunjukkan perbedaan nyata angka putus sekolah dari 6% di Tenggara menjadi 53% di Timur Laut. Â Â Â
Pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan aksesibilitas pendidikan yang merata di Indonesia maupun dinegara lainnya yang memiliki permasalahan yang sama. Pemerintah perlu menetapkan kebijakan pendidikan yang inklusif dan memprioritaskan pengalokasian anggaran pendidikan yang memadai. Selain itu, penting juga untuk melakukan pengawasan dan evaluasi kebijakan pendidikan guna memastikan implementasi yang efektif.
Artikel ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah isu-isu kontemporer
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H