Mohon tunggu...
Khairun Nisa
Khairun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya penulis pemula

Saya penulis pemula

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Buruknya Perangai

4 Juni 2022   21:36 Diperbarui: 4 Juni 2022   21:54 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku tidak memiliki pusaka yang penuh kemewahan
Aku bukanlah seorang cendekia yang tahu segalanya
Namun aku hanyalah seorang pemimpi zaman
Yang hidup hanya dengan hasrat dan ambisi semata

Rasa iri selalu saja berlabuh menggerogoti sanubari
Egois berkobar melahap hati nurani
Kemurkaan merajalela hanya menyisakan dendam tak berarti
Apakah masih ada belas kasih yang tersisa sekali lagi?

Berjuta-juta petuah berbisik di telinga kiri
Beribu cara beraksi dengan raga tiada henti
Namun sanubari menolak pengampunan akan kenyataan yang terjadi
Bahkan hidupku tak tenang bagai daun yang ringkai disana-sini

Hari ini aku mendengar kabar baik yang datang pada nyonya berkerudung warna-warni
Hatiku terkoyak-koyak bagai tertikam sebilah belati
Mengapa kabar baik tak kunjung menghampiri
Apakah terlalu banyak maksiat yang kulakukan tanpa sadar hati?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun