Mohon tunggu...
Khairul Ardiansyah
Khairul Ardiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Negeri Banten Sultan Maulana Hasanuddin

Berolahraga and playing game

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengubah Badan Kurus Menjadi Berotot

4 Januari 2025   21:45 Diperbarui: 4 Januari 2025   21:45 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dika selalu merasa tidak puas dengan tubuhnya. Sejak kecil, ia dikenal sebagai anak yang sangat kurus, bahkan cenderung tampak rapuh. Teman-temannya sering menggoda, memanggilnya "tulang belulang" atau "kerangka hidup". Tentu saja, hal itu membuat Dika merasa rendah diri. Setiap kali melihat teman-temannya yang berotot dan terlihat gagah, ia merasa dirinya seperti tidak ada artinya. Meskipun demikian, Dika berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya, namun rasa cemas akan penampilannya selalu menghantuinya.

Suatu hari, Dika memutuskan untuk mengubah dirinya. Ia lelah dengan ejekan yang selalu datang, dan lebih dari itu, ia ingin merasa lebih kuat. Di dalam dirinya, ia merasa ada potensi yang belum tergali. Ia ingin memiliki tubuh yang berotot, tubuh yang membuatnya merasa percaya diri dan kuat. Namun, Dika tahu bahwa itu bukanlah hal yang mudah.

Dengan tekad bulat, Dika mulai mencari tahu apa yang harus dilakukan. Ia membaca berbagai artikel tentang cara membentuk otot, menonton video latihan di YouTube, dan berbicara dengan teman-temannya yang lebih berpengalaman. Dari semua itu, ia menyadari satu hal yang paling penting: perubahan fisik bukan hanya tentang latihan, tetapi juga tentang pola makan yang benar. Tanpa nutrisi yang tepat, tubuhnya tidak akan bisa berkembang seperti yang ia harapkan.

Hari pertama di gym adalah momen yang tidak akan pernah Dika lupakan. Saat ia masuk ke dalam ruangan penuh alat-alat berat dan orang-orang yang sudah berotot, ia merasa seperti ikan kecil di lautan besar. Pelatih di gym, Pak Joni, melihat Dika yang tampak canggung dan berkata, "Jangan khawatir, kamu akan tumbuh menjadi lebih kuat. Semua butuh waktu."

Dika memulai latihan dengan beban yang ringan, berfokus pada teknik yang benar. Meski awalnya terasa sulit, ia tidak mau menyerah. Setiap kali tubuhnya terasa lelah, ia mengingat kembali tujuan yang ingin ia capai. Ia ingin melihat tubuhnya berubah, ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa ia bisa. Latihan demi latihan dilalui, dan meskipun hasilnya tidak langsung terlihat, Dika merasa ada perubahan dalam dirinya. Tubuhnya menjadi lebih kuat, meskipun otot-ototnya masih tersembunyi di balik kulit yang tipis.

Minggu demi minggu, Dika semakin terbuai dengan proses latihan. Ia mulai mengikuti jadwal yang lebih teratur, meningkatkan intensitas latihannya, dan memperbaiki pola makannya. Setiap hari, ia makan lebih banyak protein, menghindari makanan cepat saji, dan memastikan tubuhnya mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh. Meskipun sering merasa lelah dan terkadang kecewa karena hasilnya tidak instan, ia tidak pernah menyerah. Ia tahu bahwa perubahan besar membutuhkan waktu yang lama.

Enam bulan berlalu, dan Dika mulai melihat perubahan yang signifikan. Otot-otot kecil yang dulu tersembunyi kini mulai muncul di lengan dan dadanya. Teman-temannya mulai memperhatikannya, dan beberapa dari mereka terkejut melihat perubahan tubuhnya. "Dika, kamu kelihatan berbeda, ya? Badanmu jadi lebih berotot!" puji salah seorang temannya.

Dika hanya tersenyum mendengar pujian itu. Namun, ia tahu bahwa perjalanan belum selesai. Perubahan fisik yang terjadi pada dirinya adalah hasil dari kerja keras yang konsisten, bukan karena keberuntungan semata. Ia merasa bangga dengan dirinya sendiri, tetapi juga sadar bahwa yang lebih penting adalah rasa percaya diri yang ia dapatkan. Kini, Dika tidak lagi merasa minder dengan tubuhnya yang kurus. Ia merasa lebih kuat, tidak hanya secara fisik, tetapi juga mental.

Namun, Dika tahu bahwa perubahan sejati bukan hanya tentang fisik. Ia belajar bahwa proses ini mengajarkannya untuk lebih sabar, lebih disiplin, dan lebih menghargai dirinya sendiri. Tubuh yang berotot hanyalah hasil dari perjalanan panjang yang penuh tantangan, tetapi yang lebih penting adalah sikapnya yang berubah. Dika tidak lagi mencari penerimaan dari orang lain, tetapi mencari kebahagiaan dan kepuasan dari dirinya sendiri.

Dengan tubuh yang lebih berotot dan mental yang lebih kuat, Dika menyadari satu hal: perubahan itu memang sulit, tetapi bukan tidak mungkin. Ia telah membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dengan tekad dan usaha yang keras, ia bisa mengubah tubuhnya dari yang kurus menjadi berotot. Kini, Dika merasa lebih siap menghadapi kehidupan dengan keyakinan baru, bahwa setiap tantangan yang datang bisa ia hadapi, baik secara fisik maupun mental.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun