Mohon tunggu...
Khairul Fahmi
Khairul Fahmi Mohon Tunggu... Administrasi - Komunitas Sahabat Rimba

Suka bermain di alam liar dan alam pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mesra Zaman Dahulu, Sekarang Diburu; Konflik Gajah & Manusia di Bumoe Aceh

1 Januari 2025   01:35 Diperbarui: 1 Januari 2025   01:54 1
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Gambar Hubungan Mesra Manusia dan Gajah (Sumber: Freepik)

Gajah hewan bertubuh besar yang bertenaga kuat ini adalah hewan yang populer di daerah Aceh. Terbukti gajah menjadi hewan yang paling banyak dijadikan maskot atau lambang suatu instansi di daerah bumoe Serambi Mekkah tersebut. Keberadaan gajah pada zaman dahulu sangat penting untuk membantu kegiatan manusia yang membutuhkan tenaga besar dan kuat dalam menjalankan sesuatu. Gajah pada masa Kesultanan Aceh misalnya memiliki peran penting baik dalam kehidupan sehari-hari maupun sebagai armada perang. 

Hal ini karena gajah merupakan hewan yang setia, patuh, dan termasuk hewan yang cerdas. Sehingga gajah digunakan sebagai bagian dari pasukan perang karena sifatnya yang tenang namun selalu waspada. Sultan Iskandar Muda memiliki seribu pasukan gajah pada era kesultanannya yang ikut membantu Kesultanan Aceh mencapai masa kejayaannya. Pada masa itu gajah juga berperan sebagai simbol upacara adat dan pawai karnaval kebudayaan di Aceh bahkan berjalan hingga sekarang.

Peran Gajah pada Masa Gempa & Tsunami Aceh 2004

Tidak sampai di situ pada peristiwa gempa dan tsunami yang melanda Aceh pada Desember tahun 2004 gajah berperan penting dalam membersihkan area setelah gempa dan tsunami Aceh 2004 karena kendaraan berat tidak dapat melintas di medan yang berantakan dan berserakan akan puing-puing bangunan. Tenaganya yang kuat membuat gajah menjadi hewan penting dalam memindahkan barang-barang yang berat pada pembersihan pasca tsunami Aceh 2004. Sangking mesranya hubungan gajah pada masyarakat Aceh menjadikannya sebagai simbol bagi Komando Daerah Militer Iskandar Muda Provinsi Aceh.

Kondisi Gajah di Aceh Hari Ini

Namun sayang, lain waktu lain kejadian, sekarang gajah adalah musuh manusia yang terus diburu untuk diambil gadingnya. Konflik antara manusia dan gajah pun sering terjadi karena hari ini gajah dianggap sebagai hewan hama yang merusak tanaman kebun warga. Padahal manusia lah yang merusak dengan membuat kebun atau bangunan di habitat tempat tinggal gajah tersebut. Menurut BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Aceh dari tahun 2019 hingga 2022 mencatat terdapat 430 kasus konflik antara gajah dan manusia. Atas kejadian tersebut jumlah gajah di aceh di tahun 2003 yang tercatat berjumlah 800 individu terus menyusut menjadi 539 individu pada tahun 2020. Kondisi ini membuat gajah sumatera masuk dalam daftar spesies terancam kritis menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN).

Penyebab konflik antara gajah dan manusia ini terus bertambah karena pengelolaan kawasan hutan tidak dilakukan secara benar dan tumpang tindihnya pemanfaatan ruang yang tidak memperhatikan habitat satwa. Penyebab lain hilangnya habitat gajah adalah pengelolaan kawasan hutan yang tidak tepat, pembalakan liar, dan pemburuan liar, serta Aceh terus kehilangan sekitar 51.821 hektar hutan primer selama 2017–2020 bahkan terus bertambah. Untuk menjaga itu semua agar tidak semakin buruk dan bertambah diperlukan kerja sama seluruh pihak terkait juga masyarakat. Peran penting BKSDA Aceh dan lembaga adat Wali Nanggroe yang di dalamnya terdapat Majelis Hutan Aceh perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang hutan Aceh serta monitoring dan evaluasi rutin di wilayah hutan Aceh.

Peran Penting Gajah Bagi Keseimbangan Ekosistem

Gajah merupakan satwa liar yang harus dilindungi. Gajah berperan penting dalam menjaga kelestarian hutan dan seluruh keseimbangan ekosistem di dalamnya. Sebagai satwa herbivor, gajah menyebarkan biji yang akan tumbuh menjadi pohon-pohon baru. Gajah membantu menjaga keseimbangan populasi tumbuhan di suatu area dengan memakan tumbuhan tertentu. Gajah juga mampu membuat jalur di habitat hutan lebat yang memungkinkan hewan lain dapat lewat. Kotoran gajah kaya akan nutrisi yang membantu menyuburkan tanah dan mempercepat proses penguraian bahan organik. Lubang-lubang yang dibuat gajah saat mencari air membantu mencegah terjadinya kebakaran hutan.

Dulu disayangi dan dihormati, namun seiring meredupnya Kesultanan Aceh, dan pasca kejadian tsunami Aceh 2004 gajah tidak lagi menjadi bagian dari pasukan armada perang atau menempati posisi penting pada saat ini. Sehingga memasuki abad ke-20, gajah menjadi musuh warga, bahkan menjadi barang dagangan dan buruan yang berharga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun