Saya cukup punya pengalaman di organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Sembilan tahun saya menimba ilmu di IPNU. Tahun 2013 hingga 2022, dari tingkat ranting sampai cabang. Karena pernah terjun langsung sebagai anggota dan pengurus IPNU dalam waktu yang lama, saya tentu paham bagaimana aktivitas yang dilakukan anak-anak IPNU dan juga IPPNU, sebagai partner organisasi dari IPNU.
Di organisasi yang didirikan pada era 1950-an ini, ada berbagai macam kegiatan yang seyogyanya dapat dimanfaatkan setiap anggotanya untuk mengembangkan skill, memperluas keilmuan atau minimal menambah teman. Hampir setiap pekan selalu ada kegiatan, entah yang bersifat keagamaan, sosial, atau bahkan hanya sekadar rapat.
Salah satu agenda rutin IPNU dan IPPNU adalah pembacaan yasin dan tahlil. Agenda ini dikemas dengan nama 'Rutinan'. Saya, dan juga teman-teman kerap menyebutnya dengan istilah 'rutinan'.
"Berangkat rutinan IPNU yok rekan,"ucap saya suatu ketika kepada beberapa anak muda yang lagi nongkrong di mushola.
"Iya mas, nanti kami nyusul,"
Istilah 'rutinan' memang telah mendarah daging di jiwa kami. Jarang sekali saya mengatakan, "nanti malam jangan lupa berangkat membaca yasin dan tahlil ya,".
Membaca surat Yasin dan tahlil memang salah satu isi dari agenda rutinan itu sendiri. Selain itu, di ranting saya agenda rutinan juga diisi dengan pembacaan kitab al barzanji. Entah sejak kapan, acara yang dinamakan 'rutinan' ini menjadi agenda khas dari IPNU-IPPNU, tidak hanya di desa saya, tapi juga di daerah lain.
Saya menduga, acara 'rutinan' di IPNU dan IPPNU ini terjadi karena mengikuti budaya nenek moyang kita, para ulama NU terdahulu, yang gemar melakukan kumpul-kumpul untuk berzikir, tirakat, dan lain-lain. Makanya, tak heran jika IPNU dan IPPNU melakukan hal serupa. Anak-anak muda NU ini mewarisi apa yang dulunya (bahkan sampai sekarang) dilakukan kiai-kiai NU.
Kegiatan 'rutinan' seperti telah mendarah daging di tubuh IPNU dan IPPNU. Jika diumpamakan, acara-acara yang lain itu adalah tubuh (jasad), maka 'rutinan' adalah ruhnya. Kegiatan rutinan di ranting saya biasanya dilakukan seminggu sekali, di tempat lain ada yang dua minggu sekali, bahkan satu bulan sekali.
Kegiatan 'rutinan' ini semacam tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari kepengurusan sebelumnya. Dengan digelarnya acara ini, pelajar NU alias IPNU dan IPPNU telah mewujudkan apa yang disebut Al Istiqomah Khoirun Min Alfi Karomah, yang artinya konsistensi itu lebih baik daripada seribu karomah. Dari hadits Nabi SAW ini betapa luar biasanya kekuatan istiqomah. Allah SWT berikan kepada orang yang istiqomah 1000 karomah, satu karomah saja sudah dahsyat apalagi 1000 karomah.