Mohon tunggu...
Khairul Anwar
Khairul Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Warga Bumi

Penikmat Teh Anget di Pagi Hari

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Bilqis Prasista dan Pelajaran Berharga bagi Kita

28 Mei 2022   15:41 Diperbarui: 28 Mei 2022   15:43 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulutangkis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Vladislav Vasnetsov

Melihat pencapaian Bilqis, yang seorang anak muda berusia 19 tahun, sudah mampu menenggelamkan tunggal putri terbaik dunia, membuat kita mungkin bertanya-tanya, di usia yang sama dengan Bilqis, kita sudah pernah berbuat apa? Prestasi apa yang pernah kita raih?. Tapi, kita nggak perlu membandingkan apa yang dicapai Bilqis dengan apa yang pernah kita raih, karena tentu saja, proses yang kita lakukan berbeda, support sistemnya juga berbeda.

Tulisan ini menekankan bahwa sesukses apa pun orang tua kau, sehebat apa pun orang tua kau, belum tentu bisa menularkan itu semua kepada anaknya, jika sang anak tak mau mengubah nasibnya sendiri. Orang tua mu mau jadi sultan kaya' apa, kalau anaknya nggak mau kerja keras, nggak mau belajar, hobinya cuma ngabisin duit orang tua, ya jangan harap bisa sukses mengikuti jejak orang tua. Bisa-bisa, bukannya mengangkat derajat orang tuanya, sang anak malah jadi beban keluarga. Naudzubillah.

Saya yakin, Bilqis, yang meskipun orang tuanya adalah mantan pebulutangkis hebat, kalau Bilqis nggak mau kerja keras, dan hobinya hanya rebahan sambil ngegame di kamar, tak mungkin bisa menjadi pemain bulutangkis level nasional bahkan internasional. Sebab, dia nggak mau berusaha dan kerjanya cuma scroll status whatsapp atau ig.

Begitu pula misalnya jika ada orang tua yang seorang pengusaha batik sukses, pasti ingin anaknya bisa meneruskan perjuangan hidupnya dengan menjadi pengusaha batik yang sukses. Sang anak sendiri tentu punya banyak pilihan, antara mengikuti jejak orang tua, memilih karir lain, atau bermalas-malasan. Jikalau bermalas-malasan, sang anak tentu di kemudian hari tidak bisa menjadi apa-apa, dia akhirnya tak punya pendapatan karena hanya menjadi pengangguran.

Bilqis, bisa menjadi pemain bulutangkis yang kini dikenal banyak orang, karena  mau berproses. Giat berlatih, kerja keras, bertanding kesana kemari dan berani keluar dari zona nyaman. Di saat anak usia sebayanya mungkin menghabiskan waktu dengan berpacaran, atau kegiatan yang nggak jelas babar blas, Bilqis justru sibuk berlatih mengayunkan raket kesayangannya.

Proses lah yang akan membentuk kepribadian seseorang. Jika kita mau menanam, maka kita akan memanen. Tapi jangan lupa, saat menanam kita juga perlu untuk konsisten menyiram, agar apa yang kita tanam membuahkan hasil yang baik. Kalau Bilqis sukses dengan raket di tangannya, kita bisa sukses dengan cara kita masing-masing. Yang terpenting tadi, perlu proses dan kerja keras serta jangan bermalas-malasan, dumeh orang tuanya kaya raya.

Dan terakhir, tulisan ini bukan bermaksud saya memuja muji Bilqis. Bilqis hanya saya jadikan sebagai contoh saja. Tentu, kita jangan terlalu terburu-buru menilai Bilqis sudah sukses, karena bagaimana pun dia masih 19 tahun, dan perjalanan karirnya masih sangat panjang dalam mengarungi arena badminton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun