[caption id="attachment_312303" align="alignleft" width="300" caption="Erupsi Gunung Kelud pada 13 Pebruari 2014. (foto: dok.istimewa)"][/caption] Gunung Kelud kembali erupsi pada 13 Pebruari 2014 lalu. Tebaran debu vulkaniknya mencapai jarak lebih dari 1000 kilometer. Kota Yogyakarta yang berada di kaki selatan Gunung Merapi, termasuk yang menerima dampak cukup parah. Dari catatan, erupsi Kelud tahun ini berada pada skala 4 VEI (Volcanic Explosivity Index). Gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang Jawa Timur ini, hingga Jumat, 14 Pebruari 2014, telah menyemburkan 120 juta meter kubik partikel vulkanik hingga setinggi 20 kilometer ke udara. Itu dilakukannya hanya dalam waktu kurang dari 24 jam. Saat erupsi pada tahun 2010 lalu, Merapi memang melontarkan partikel lebih banyak, yaitu 150 juta meter kubik. Angka itu masih setara dengan skala 4 VEI. Bedanya, gunung ini butuh waktu lebih lama. Fase Awas Merapi berlangsung sekitar 1,5 bulan sejak 25 Oktober hingga paruh Desember 2010. Banyak spekulasi bermunculan. Mulai yang serius hingga yang bernada guyon. Tapi semua pada dasarnya ingin mengetahui, apa pesan dibalik debu vulkanik Kelud menyapa Merapi. Jika boleh berandai-andai, mungkin gunung setinggi 1710 meter di atas permukaan laut ini ingin menunjukkan karakter Jawa Timuran yang 'sak deg sak nyet'. Dengan rempah magmanya itu, Ia ingin menyampaikan dirinya lebih perkasa daripada Merapi yang berkultur 'alon-alon waton kelakon' sesuai kultur Jawa Tengah. Ini masalah. Terutama jika kita pakai etika gaul saat ini, yang menuntut adanya respons ketika mendapat pesan. Seperti meretwit jika di-mention, me-like, berkomentar, atau membagi pesan dengan teman lain.Seperti apakah balasan pesan vulkanik Merapi? Atau, jika Merapi berbagi pesan dengan gunung lainnya, Anak Krakatau dan Tambora misalnya, apa 'reply' mereka? Apapun, yang terbayang adalah dampaknya pada kehidupan di muka Bumi. Seperti erupsi Krakatau 1883 dan Tambora 1815. Saat itu perubahan iklim global terjadi dan kelaparan dimana-mana. Perubahan geopolitik, geoekonomi dan ideologi jugalah yang menjadi dampaknya. Silakan kembali berandai-andai. Yang jelas, sejumlah peradaban dan tatanan masyarakat, tercatat hilang seiring erupsi gunung-gunung itu. Mbah Rono, mantan Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), yang beberapa saat setelah Kelud meletus lantas ditunjuk menjadi Kepala Badan Geologi itu pernah mengatakan, Merapi dan gunung-gunung api lainnya tak pernah ingkar janji!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H