Ibarat etalase di toko, ada yang punya etalase besar dengan sedikit barang dagangan. Ada yang pakai etalase kecil namun barang segudang dimasukkan semua. Atau ada juga etalase yang ditata rapi, saking rapinya tak pernah 'diutik-utik' lagi, takut berantakan dan sebagainya.
Adalah fakta, banyak website korporasi, lembaga pemerintah dan bahkan MEDIA PERS yang tidak dikelola dengan baik. Indikatornya mudah, website yang statis, tak ada pembaruan (update) bahkan untuk waktu yang lama. Adapula yang 'terlalu' update namun tak ditata apik. Keduanya berakibat sama. Beragam informasi tidak terkomunikasikan dengan baik dan yang membutuhkan informasi gagal menemukannya.
Media pers lebih lagi. Ada banyak orang berminat membangun bisnis media 'online'. Sayangnya, meski berkantong tebal, 'know-how dan know-who' mereka terbatas. Mereka hanya bekerja dengan 'know-wow'. Akibatnya, mereka gagal paham bagaimana membangun selayaknya bisnis berbasis website ini. Mereka terpesona, tergagap dan terseok mengikuti pesatnya bisnis ini. Mereka juga bisa dengan mudah gagal mendapatkan siapa sumberdaya yang layak diminta mengeksekusi hasrat besarnya.
Website itu ibarat istana. Seorang teman pelaku IT dan Online Marketer pernah menceritakan kerjasamanya dengan seorang pengusaha. Mereka bersepakat menjajal peluang membangun bisnis media online. Namun tak lama kerjasama berakhir ketika bicara soal kapan keuntungan bisa dinikmati.
"Saya diminta membangun istana yang megah dalam semalam, dengan sang raja yang mondar-mandir dan selalu menanyakan kapan bisa menempatinya. Padahal, tak secangkir kopi pun dia suguhkan untuk para tukang yang bekerja lembur," tutur teman saya itu.
Teman yang lain lebih sial. Ia trauma dengan bisnis media online. Melelahkan, tak pernah kelihatan uangnya, kata teman itu. Rupanya ia pernah bekerja di sebuah media. Sayangnya, meski berpenampilan online, media tempatnya bekerja persis toko dengan etalase kecil dan barang yang sangat banyak. Namun majikannya tak paham.
"Semua barang ingin dimasukkannya ke etalase. Kami para pekerja, menatanya rapi. Namun boss selalu ingin menambahkan barang-barang. Akhirnya selalu berantakan dan kami dianggap tak becus. Itu seperti membangun istana pasir," kisahnya pada saya.
Begitulah. Sesungguhnya itu hanya karena soal 'know-how dan know-who' tadi. Sejatinya siapapun bisa memiliki dan mengelola website yang komunikatif dinamis. Komunikatif artinya mampu mengkomunikasikan seluruh aspek yang perlu disampaikan kepada publik dan publik bisa menerima baik dengan mudah dan antusias. Namun website ini juga mesti dinamis, sejalan dengan dinamika bisnis media itu sendiri maupun dinamika masyarakat.
Bagaimana? Kuncinya, 'good content, good organizing and good income'. Jadi diperlukan pemahaman bagaimana (know-how) materi informasi yang layak, perlu dan berpotensi menghasilkan uang di RANAH ONLINE. Diperlukan pemahaman bagaimana mengelola content dan pembawa atau pengolahnya agar bisa menghasilkan pendapatan yang diharapkan di RANAH ONLINE.
Lantas siapa yang mengerjakannya? Jika 'know-how' sudah tersedia, bukan soal sulit untuk mengetahui siapa (know-who) yang mampu mengerjakannya agar tak malah buntung.