Mohon tunggu...
Khairi Wardi
Khairi Wardi Mohon Tunggu... Human Resources - Professional Trainer

Professional Trainer Ilmuan Psikologi dan Praktisi HRD

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

Memberikan Reward-Punishment yang Mendidik Pada Anak

27 Desember 2012   17:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:56 2791
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memberikan Reward-Punishment yang Mendidik Pada Anak

[caption id="attachment_224171" align="aligncenter" width="250" caption="Ilustrasi: www.fkpsm.org"][/caption]

Anak adalah buah hati, dimana kalau mereka melakukan kesalahan, terkadang tidak jarang orang tua, tidak tega untuk memarahi anak, apalagi kalau itu anak tunggal, tetapi ada juga orang tua yang tega memarahi anaknya dan bahkan memukulnya, terkait hal tersebut, hukuman terkadang efektif dilakukan ketika anak sudah melewati batas dalam melakukan kesalahan, namun hukuman yang seperti apa ?, karena anak akan sadar dengan kesalahannya apabila cara member hukumannya tepat, dan begitu juga sebaliknya anak akan semakin menjadi-jadi dalam berbuat salah dan tidak mau mendengarkan orang tua, apabila hukumannya tidak tepat sasaran.

Reward juga begitu, apabila kita memberikannya terlalu berlebihan akan, berdmpak pada perilku anak, dimana mereka tidak mau bekerja melakukan perintah kita, apabila tidak ada imbalan, dan cenderung selalu ingin upah, minsalnya kita suruh mandi, harus dikasi uang atau jajan, baru mau mandi, disuruh belajar, harus ada upah, kalau terus-terusan seperti ini, anak akan terbiasa berfikir melakukan sesuatu yang positif berdasarkan materi, bukan kesadaran sendiri, walaupun anak belum bisa berfikir secara matang, kita mengajarkannya sedikit demi sedikit, tentang norma.

Cara yang efektif yang dilakukan ketika kita memberikan reward dan punishment pada anak, yaitu ketika dia berbuat salah, sebaiknya kita tidak usah memarahi anak ketika kita sedang marah dan menghadapi masalah, karena kalau emosi kita lagi marah atau banyak masalah, biasanya yang terjadi justru, secara tidak sadar kita akan membentak anak, atau paling tidak kata-kata kita tidak terkontrol, dan tidak dari hati, sehingga biasanya setelah marah, kita akan timbul penyelasalan, karena kita telah berlebihan dalam memarahinya.

Ketika marah, hindari kata-kata kotor atau melabeli anak dengan hal-hal negative, seperti maaf, “bodoh keras kepala” dan sebagainya, karena hal ini akan berakibat pada kondisi psikis anak, dia akan menganggap dirinya memang bodoh dan pantas mendapat lebel seperti itu, sehingga anak menjadi tidak percaya diri, ketika mengutarakan pendapat atau bertanya, baik di rumah maupun di sekolah.

Usahakan memberikan pemahaman kepada anak, bahwa yang kita marahi bukanlah dia, tetapi perilakunya, karena perbuatannya yang salah, maka kita tegur, dengan cara seperti ini, anak akan berfikir tentang bagaimana perilaku baik dan buruk, serta apa dampaknya bagi dia sehingga anak juga akan merasa disayang, dan merasa dibawah kontrol kita.

jangan sampai bertentangan pendapat dengan dengan baik dari pihak ibu maupun bapak, apabila salah satu ada yang membela anak, maka dia akan merasa terlindungi dari kesalahan yang telah diperbuat, sahingga apapun yang dia lakukan, pikirannya tenang saja nanti ada yang membela, hal ini tidak akan bisa memperbaiki anak, tetapi justru akan menambah daftar kesalahan anak.

usahakan jangan sampai memukul anak, dan jangan sampai memukul pada daerah yang berbahaya bagi kesehatan seperti, otak, leher, pipi, muka, perut, leher, punggung alat vital, tangan, kaki, kenapa demikian karena kalau hal diatas dipukul, bisa berdampak pada kondisi fisiknya dan psikisnya, seperi terluka, trauma dan sebagainya.

Reward juga demikian, kalau anak mendapatkan prestasi, berilah dia pujian, karena dengan cara itu, mereka akan merasa dihargai, dari hasil kerja kerasnya, prestasi tidak hanya berupa juara umum di sekolah atau menang lomba, tetapi prestasi bisa berupa hal postif yang berhasil dilakukan anak, minsalnya dia bisa membaca atau mengeja, bagi anak hal itu merupakan pencapaian yang luar biasa, kalau ini diapresiasi, dia akan bertambah semangat, bisa dengan mengajaknya ke took buku, atau membelikannya buku bacaan bergambar dan, masih banyak lagi hal positif yang bisa kita berikan reward.

Reward efektif diberikan, ketika anak berhasil melakukan pekerjaan yang dirasa susah dan menantang baginya, tetapi kalau kita terlalu banyak memberikan reward pada hal-hal yang biasa dilakukan anak, makan rewad hanya jadi kesenangan yang berlalu begitu saja tanpa meninggalkan kesan baginya, karena penghargaan bagi anak dikala berhasil melakukan hal yang susah atau menantang, justru akan dikenang sampai dia besar, dan biasanya akan dieritakan pada anak-anaknya dikemudian hari.

[caption id="attachment_224172" align="aligncenter" width="396" caption="Foto Moshe Cavalin, sumber: www.facenfacts.com"]

13566281611031671031
13566281611031671031
[/caption]

Hal di atas terinspirasi dari bagaimana cara orang tua Moshe Kai Cavalin, ketika mendidiknya, sehingga bisa berhasil, dalam meraih prestasi, tidak hanya prestasi akademik tetapi non akademik juga, bisa berperiaku dan berfikir lebih positif memandang dunia, dia berhasil lulus dari universitas dengan dalam umur 11 tahun dengan IPK 4.00, dan terbaik di universitas tersebut, yaitu di University of California Los Angeles (UCLA), USA. Selain itu meraih beberapa medali emas, dibeberapa kejuaraan, semua pencapaian itu berhasil diraihnya, seperti yang diutarakannya, berkat dari orang tuanya yang mengasuhnya dengan sabar, sungguh sangat inspiratif kisah orang tua yang mendidik anak dengan penuh kesabaran dan tanggung jawab. Orang tua sangat menentukan masa depan anak, bagaimana pola asuhnya.

Semoga ulasan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun