Mohon tunggu...
Khairi Wardi
Khairi Wardi Mohon Tunggu... Human Resources - Professional Trainer

Professional Trainer Ilmuan Psikologi dan Praktisi HRD

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Indahnya Hidup dengan Memaafkan

28 Desember 2012   04:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:55 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13566700091427968962

Indahnya Hidup Dengan Memaafkan

[caption id="attachment_224235" align="aligncenter" width="320" caption="Ilustrasi: clickmyartwork.blogspot.com"][/caption]

Sebagai mahluk sosial, kita tidak akan pernah lepas dari salah dan malah menjadi korban dari kesalahan orang, ya itulah interaksi kehidupan, selalu ada dinamika, yang unik, penuh warna, apabila seseorang bersalah sama kita, apalagi kesalahannya fatal, mungkin akan sulit bagi kita untuk melupakannya, walaupun secara verbal kita sudah memafkan orang tersebut, tetapi hati kita masih sakit, nah maaf sesungguhnya harus berbanding lurus dengan ucapan dan hati kita, tetapi ini memang sangat sulit.

Mamafkan adalah sesuatu yang mendatangkan rasa nyaman dan plong di hati, terlebih lagi hidup akan semakin tenang, bayangkan saja, bagaimana tidak tenangnya hidup apabila kita masih menaruh rasa sakit hati, dan ingin sekali membalas orang yang pernah berbuat jahat sama kita, tiap hari dan tiap malam kita akan terus memikirkan orang tersebut, bagaimana cara membalasnya, belum lagi kesal sejadi-jadinya, wah ndak enak memang, tetapi coba, kalau kita mengikhlaskan dan memaafkan, walaupun agak sulit, tetapi pelan-pelan namun pasti, sungguh beban sakit hati itu akan terasa berkurang, sedikit demi sedikit, walaupun membutuhkan wktu.

Seperti beberapa bulan lalu tepatnya tanggal tanggal 18 April 2012, saya kehilangan sebuah laptop, awalnya saya kesal sejadi-jadinya sama pencuri tersebut, apalagi data-datanya berkaitan dengan banyak tugas, semua raib deh, ini yang membuatku pusing bin kesal, tetapi kalau dipikir-pikir walaupun saya kesal bagaimanapun toh laptop itu juga tidak akan kembali, yang ada hanya kesal dan sesak, dan sekarang saya mencoba perlahan-lahan melupakan laptop itu, walau terkadang masih teringat.

Segala urusan kita serahkan semua kepada yang Maha Pencipta, biarlah orang tersebut mendaptkan balasannya, karena segala perbuatan aka nada balasannya, dan dipertanggung jawabkan, dengan begitu, kita bisa hidup damai, dan memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik, tanpa ada rasa sakit hati, dan beban psikologis, yang terus menerus menghantui, sehingga hidup tersa sesak.

Salam, di hari Juma’at

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun