Mohon tunggu...
Khairin Syafutri
Khairin Syafutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi... its me, Khai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Representasi Ketidakadilan Gender pada Perempuan dalam Film "Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak"

6 Februari 2024   18:25 Diperbarui: 6 Februari 2024   18:36 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam film ini sangat terlihat sekali marginalisasi yang terjadi pada marlina. Hal ini dapat kita lihat ketika adegan penjarahan hewan ternak milik Marlina yang dilakukan oleh Markus dkk. Disini Markus mengambil harta benda milik Marlina secara paksa dengan embel-embel Marlina tidak akan mampu membayar hutangnya. 

Selain itu, Markus dengan seenaknya memperkosa Marlina dan merendahkan martabat seorang janda dengan berkata jika sudah jadi janda seharusnya bersyukur jika ada yang mau bukannya menolak.

Selain itu, marginalisasi dalam film ini juga terjadi karena faktor kebudayaan, dimana dalam adat sumba jika ada yang meninggal maka harus diadakan pemakaman untuk mayat tersebut. Karena tidak memiliki uang untuk pemakaman anaknya, Marlina meminjam uang kepada Markus. Namun setelah satu tahun berlalu utang tersebut masih belum lunas. Nasib buruk masih berpihak kepada Marlina, suami yang dicintainya juga meninggal. Karena tidak memiliki uang, Marlina belum dapat mengubur mayat suaminya tersebut. Disini dapat kita lihat bahwa kebudayaan juga menjadi faktor perempuan termarginalisasi.

2. Stereotip

Stereotip merupakan bagian dari budaya yang dipercayai dan diteruskan oleh masyarakat tertentu, dalam hal ini film adalah medianya. Oleh karena itu, apa yang ingin ditampilkan atau dibangun oleh media mengenai stereotip tertentu memiliki pengaruh yang besar kepada masyarakat. Masyarakat akan cenderung menganggap benar apa yang dikonstruksi oleh media.

Dalam film ini stereotip menjadi pelabelan atau anggapan negatif yang dilekatkan kepada kaum perempuan. Hal ini dapat kita lihat dalam adegan suami novi tidak mempercayai anak yang dikandungan Novi adalah anaknya sendiri karena ada anggapan bahwa jika ada perempuan kandungannya sunsang maka dianggap telah berselingkuh dari suaminya. Hal ini dipercayai oleh mertua dari Novi yang selalu mempertanyakan kenapa anaknya belum lahir juga padahal sudah 10 bulan dan dicurigai kandungannya sunsang.

Selain itu, dalam film ini juga terdapat stereotip jika perumpuan tidak lemah lembut maka akan susah mendapatkan laki-laki. Ini dapat dilihat dari potongan adegan Markus yang menasehati Marlina untuk berperilaku lemah lembut sebagai wanita karena kodratnya wanita adalah lemah lembut. Jika tidak maka tidak akan ada laki-laki yang mau meminangnya.

3. Subordinasi

Subordinasi merupakan sikap atau tindakan yang dilakukan oleh masyarakat yang menempatkan posisi laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Perempuan dianggap memiliki tanggungjawab di daerah dosmetik sedangkan laki-laki di area  publik. Hal ini terjadi karena masyarakat percaya dengan konstruksi sosial yang sudah ada sejak lama bahwa posisi laki-laki memang lebih tinggi daripada perempuan. Sehingga menimbulkan ketidakadilan bagi kaum perempuan.

Dalam film ini dapat kita lihat bahwa ada adegan perlimpahan pekerjaan domestik kepada perempuan, yaitu ketika Marlina disuruh untuk membuatkan makanan dan minuman untuk para tamu atau anak buah Markus. Selain itu juga ada adegan Novi yang dipaksa untuk ke dapur membuat makanan padahal ia sudah mau melahirkan karena air ketubannya sudah pecah.

4. Kekerasan fisik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun