Di tengah meroketnya harga tiket pesawat domestik di Indonesia dan gencarnya perdebatan tentang wacana akan di bukanya izin trayek rute domestik untuk perusahaan penerbangan asing terutama yang di "takutkan" dari Cina.Â
Saya berkesempatan melakukan perjalanan ke luar negeri tepatnya ke Kuala Lumput, Malaysia dan Sydney Australia dalam rangka melanjutkan sekolah doktoral saya ke Newcastle, NSW.Â
Dalam pikiran saya sebelumnya bahwa perjalanan ke Australia akan membutuhkan uang tiket yang tidak murah karena harus perjalanan beberapa kali perberhentian. Saya memulai pencarian tiket jauh-jauh hari, setidaknya 2 bulan sebelum saya melakukan perjalanan. Saya membanding-bandingkan setiap alternatif rute perjalanan untuk menyiasati harga tiket yang saya khawatirkan mahal.Â
Memilih-milih maskapai dari kelas dalam negeri hingga luar negeri. Tujuannya hanya satu, saya dapat tiket yang murah. Dalam suasana harga tiket penerbangan yang sangat "melangit" di Indonesia sehingga banyak orang yang memendam keinginan untuk menggunakan transportasi penerbangan saat ini.
Saat ini, perusahaan pemerintah ini juga "mendongkrak" harga tiket yang selangit. Akhirnya, pilihan untuk bisa terbang apalagi dengan penerbangan yang murah tinggal kenangan di Indonesia.
Nah, berawal dari kondisi tersebut saya memutuskan memilih penerbangan berbendera asing yang melayani rute internasional ke Indonesia, Airasia. Jatuhlah pilihan saya kepada perusahaan penerbangan dari negara tetangga Malaysia ini untuk menjadi "jembatan" menuju Australia.Â
Perusahaan yang sudah di kenal sangat loyal dalam menawarkan tiket yang kadang-kadang di luar kewajaran tetapi tetap saja masyarakat bisa menikmati harga tiket super murah. Memang, memilih terbang dengan penerbangan tersebut harus saja membeli bagasi dan makanan dalam perjalanan, tetapi tetap saja masih murah di bandingkan dengan perusahaan penerbangan Indonesian.Â
Terbang melalui Kuala Lumpur yang hanya berharga 300.000 di tambah bagasi 400.000 untuk ukuran 20 kg dan perjalanan yang relatif singkat hanya 1 jam 15 menit dari Banda Aceh menuju bandara di Kuala Lumpur. Angka tersebut akan sangat berbeda bila saya memilih terbang melalui rute domestik misalnya menuju Jakarta yang membutuhkan waktu hingg 4 jam dengan transit di Medan. Efisiensi inilah yang kemudian membuat perjalanan ke Australia terasa murah dan dekat.Â
Setiba di Kuala Lumpur, saya beralih ke perusahaan penerbangan dari negeri jiran juga, Malaysian Airlines untuk meneruskan penerbangan ke Australia. Pencairan tiket murah saya juga saya dapatkan di perusahaan tersebut. Saya membayangkan penerbangan ke Australia sebelumnya yang mahal, tetapi dengan tidak demikian. Tiket yang relatif murah malah jauh di bawah 1 tiket perjalanan ke Jakarta dari Aceh. Dengan bagasi yang gratis sebanyak 20 kg dan makanan gratis, berlibur ke Australia lebih murah di bandingkan ke Bali atau pulau-pulau lain di Indonesia.Â