Mohon tunggu...
Khairil Razali
Khairil Razali Mohon Tunggu... Dosen - Explorer

Ngampus di UIN Ar-Raniry Banda Aceh, suka travelling.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Abstain di Pemilu, Sikap "Broken Heart-nya" Warga Negara

9 Februari 2019   18:27 Diperbarui: 9 Februari 2019   19:01 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://wolipop.detik.com

Pemilu merupakan sebuah proses demokrasi penting di setiap negara. Pemilu sebagai proses keterlibatan warga negara secara langsung dalam memilih pimpinan pada tingkatan tertentu atau wakil-wakil rakyat yang akan duduk di parlemen.

Namun sering sekali di setiap tempat, pemilu menghasilkan orang-orang yang putus asa [broken heart] terhadap pilihan mereka setelah mereka terpilih. Makanya melahirkan banyak warga negara yang memiliki hak memilih untuk tidak memilih dalam setiap pemilihan umum berikutnya. 

Konstalasi dari pilihan mereka lalu menghasilkan rasa "patah hati" yang di karenakan banya faktor pengaruh. Tapi secara kasat mata setiap keputusan untuk abstain banyak di dorong oleh kekecewaan dan abainya orang-orang yang telah terpilih terhadap mereka-mereka yang telah memilih secara kolektif.

Di dalam proses pemilihan yang selalu di awali dengan kampanye lalu menghadirkan janji-janji atau harapan-harapan yang di tawarkan yang akhirnya sulit di jalankan ketika seseorang terpilih.

Kondisi ini terus menerus meningkatkan angka golput dalam setiap pemilu seperti di Indonesia. Walau sebenarnya sangat salah [tidak tepat] membuang kesempatan menggunakan hak bersuara sebagai seorang warga negara. Namun, beratnya akumuliasi patah hati membekukan hati-hati warga dalam menentukan sikap antara memberi suara atau abstain. 

Tidak amanahnya pemimpin-pemimpin dan wakil-wakil yang telah terpilih lalu juga berkontribusi penting juga dalam menjerumuskan warga negra bersikap golput. Realita bahwa banyak pemimpin-pemimpin yang ketika telah terpilih tidak mmpu menjaga amanahnya dan cenderung ingkar dari cita-cita awal sebelum terpilih sebagai pemimpin atau wakil rakyat. Energi ini sangat memicu keputusan warga negara dalam menyalurkan suara mereka ketika pemilu terutama di Indonesia. 

Pemilu harusnya menjadi ajang untuk memilih yang terbaik dan bisa di percaya untuk memimpin dan mewakili rakyat dalam menjalankan roda pemerintahan atau perundang-undangan. Kedua hal tersebut sangat rentan meningkatkan angka warga negara dalam bersikap golput atau abstain dalam sebuah pemilihan umum. 

Jadi mari kita menciptakan suasana yang mampu menarik semangat masyarakat untuk menentukan pilihan dalam setiap pemilu di Indonesia.    

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun