Saat panen pertama beliau bertemu dengan Dira yang sedang mencari pemasok untuk kedai kopinya. Di sinilah pertama kalinya Pak Budi menjadi pemasok di kedai kopi Dira. Perbincangan ketiganya terhenti saat Jody menanyakan mengenai harga kopi yang diambil Dira dari Pak Budi, yang Pak Budi jawab bahwa Dira mengambil kopi darinya dengan harga rp15.000 per kilo, bahkan jika Dira mengambil kopi dengan jumlah banyak, iya membelinya dengan separuh harga.
Harga kopi yang ia beli dari Pak Budi tentu sangat jauh dibawah harga pasaran, bahkan ketika Jodi dan Ben membeli kopi Pak Budi dengan harga normal, beliau terlihat sangat senang. Mereka tak habis pikir tentang Dira yang begitu tega membeli kopi Pak Budi dengan harga yang sangat murah padahal dia memperoleh keuntungan yang sangat besar.
Karakter Dira dalam film ini secara tidak langsung menggambarkan realitas kehidupan yang sangat sering terjadi, di mana seorang pengusaha membeli barang atau panen seorang petani yang tidak sesuai dengan harga sebenarnya, dengan memanfaatkan jerih payah orang lain dan mengambil keuntungan besar untuk dirinya sendiri.
Karena hal tersebut lah Ben dan Jody berinisiatif untuk menolong Pak Budi. Sesampainya di tempat penginapan mereka mempersiapkan segala sesuatu untuk membantu Pak Budi, mereka membuat mesin penggiling kopi yang kemudian mereka hadiahkan kepada Pak Budi agar beliau dapat mengolah dan menjual kopinya sendiri dengan harga yang pantas, mereka juga membantu Pak Budi memasarkan kopi beliau.
Usaha Pak Budi pun semakin maju dan semakin banyak peminat kopi miliknya. Semua orang yang telah menikmati kopi tersebut merasa sangat puas dengan kenikmatan kopi yang dihasilkan dari kebun Pak Budi. Niat baik  Ben dan Jody yang tidak berakhir sia-sia. Usaha mereka tidak hanya membantu Pak Budi namun juga membantu penduduk setempat, karena dengan tindakan mereka yang memberikan mesin penggiling kopi kepada Pak Budi, membuat penduduk di desa tersebut mendapatkan pekerjaan dari bisnis yang dijalankan pak Budi.
Ditengah kemajuan bisnis kopi pak Budi, Dira datang untuk menanyakan alasan pak Budi tidak mensuplai kopinya lagi pada kedai kopi Dira, jawaban pak budi yang mengatakan bahwa beliau bukan tidak mau menjual kopinya lagi, namun beliau  tidak dapat menjual dengan harga yang biasanya Dira ambil karena harga kopinya sekarang berbeda dari harga dulu. Akhirnya Dira pun tak bisa menjawab lagi perkataan pak Budi.
Niat baik yang membawa perubahan besar bagi seorang petani dan memberi harapan baru baginya. Nilai moral yang yang sangat ditonjolkan dalam episode kali ini yaitu, tidak memandang rendah pekerjaan orang lain dan dan saling menolong tidak peduli dari kalangan mana orang itu berasal, asalkan itu dalam kebaikan maka kita harus menolongnya. Tidak hanya itu, filosofi kopi kali ini juga mengajarkan kita untuk bersikap jujur dan sehat dalam berbisnis serta tidak mengambil keuntungan dari ketidaktahuan orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H