Memasuki masa lanjut usia, individu akan dihadapkan dengan berbagai tantangan dan perubahan dalam hidupnya. Berdasarkan Papalia (2009) individu yang berada pada masa lanjut usia akan mengalami penurunan fungsi fisik, kognitif, dan psikososial sehingga dapat menimbulkan masalah bagi lansia. Penurunan yang terjadi membuat lansia secara perlahan akan menarik diri dari lingkungan sekitar (Manafe, 2022). Salah satu permasalahan psikososial tersebut rentan terjadi ketika menurunnya kepercayaan diri pada lansia karena keterbatasan yang dimiliki selama mengalami penurunan. Hal tersebut akan memberikan dampak yang signifikan terhadap bagaimana lansia dalam menjalani interaksi sosialnya.
Menurut Manafe (2022) interaksi sosial merupakan hubungan yang terjadi antar individu. Pihak yang berinteraksi akan terlibat dan saling memengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial yang terbentuk tentunya akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup. Interaksi sosial yang positif, aktif, dan terjalin secara berkelanjutan sangat berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup lansia.
Lansia akan merasa diterima, dihargai, dan terhubung dengan orang lain ketika memiliki interaksi sosial yang aktif. Sebaliknya, interaksi sosial yang minim atau ketidakmampuan dalam berinteraksi akan menimbulkan beberapa permasalahan seperti perasaan tidak berguna, merasa kesepian, hingga depresi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarmini (2019) yang menyatakan bahwa lansia dapat mengalami depresi ketika interaksi sosialnya tidak optimal dan penelitian Witon (2023) Â juga menunjukkan bahwa interaksi sosial yang minim akan menimbulkan rasa kesepian pada lansia. Hal ini dapat diminimalisir dengan cara lansia ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang membutuhkan kerja sama, saling berbagi cerita atau bertukar pandangan saat berinteraksi (Faujiah, 2023). Adanya kegiatan tersebut akan membuat lansia merasa kehadirannya menjadi berarti dan tidak merasa kesepian.
Selain itu, interaksi sosial juga berperan penting dalam memberikan manfaat bagi kesehatan fisik lansia. Ketika melakukan interaksi sosial, tentunya tetap melibatkan aktivitas fisik meskipun ringan. Namun, hal tersebut tetap dapat menunjang kondisi lansia agar pergerakan anggota tubuh lansia tidak terhambat seperti nyeri punggung (Sulistyorini, 2023).
Interaksi sosial yang menjadi salah satu penentu kualitas hidup lansia tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti kondisi kesehatan lansia dan dukungan keluarga. Lansia dengan kondisi kesehatan yang baik cenderung akan lebih produktif melakukan berbagai aktivitas fisik dan melakukan interaksi sosial tanpa hambatan yang berarti. Indrayani (2018) juga menyatakan bahwa terjadinya peningkatan kualitas hidup ketika lansia berada pada kondisi kesehatan yang prima.
Pada masa usia lanjut, keluarga juga menjadi salah satu pihak yang berperan penting dalam interaksi sosial guna mempertahankan dan meningkatkan kesejahteraan lansia. Keluarga dapat memberikan dorongan dan bimbingan terkait pentingnya untuk tetap berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Dukungan emosional kepada lansia ketika mengalami kendala selama melakukan interaksi sosial juga penting untuk dilakukan. Tidak hanya itu, keluarga juga dapat melibatkan lansia dalam kegiatan pelayanan kesehatan sebagai wadah edukasi bagi lansia dan mengikutsertakan lansia dalam kegiatan-kegiatan lainnya yang melibatkan interaksi sosial. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fadhila (2021) terhadap 208 lansia yang tinggal di wilayah kerja puskesmas Kedaung Wetan yaitu keluarga sangat berperan sebagai motivator, edukator, dan fasilitator dalam meningkatkan kualitas hidup lansia.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, melakukan interaksi sosial secara rutin merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kualitas hidup lansia. Hal ini bertujuan untuk menghindari munculnya perasaan kesepian hingga depresi, serta interaksi sosial dapat menjaga kesehatan fisik dan mental lansia. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia untuk mengoptimalkan interaksi sosialnya agar kualitas hidup mereka tetap terjaga dengan baik dan terus meningkat dengan cara ikut serta dalam kegiatan yang melibatkan interaksi sosial. Lansia dapat saling berbagi kabar dengan teman, bercerita, dan berkerja sama.
Sumber:
Fadhila, N., & Sari, R. P. (2021). Peran keluarga dalam merawat lansia dengan kualitas hidup lansia. Adi Hudada Nursing Journal, 7(2), 86-93.
Faujiah, S., Adesulistyawati., & Suaib. (2023). Hubungan interaksi sosial dengan tingkat kesepian pada lansia di panti jompo. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(3), 4069-4078.
Indrayani, & Ronoatmojo, S. (2018). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup lansia di Desa Cipasung Kabupaten Kuningan Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 9(1), 69--78.