Mohon tunggu...
Khair Khairuddin Lubis
Khair Khairuddin Lubis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kita duduk di sini karena menghargai kenyataan. Dan berdiam di sini karena menghargai lembaran malam. Aku dan kursi setengah basah ini adalah saksi kesendirian malam ini.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Digh

4 Juni 2014   03:33 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:44 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika aku bukan jalan dimana tempat yang kau tuju

Siapakah dulu yang menyapaku?

Siapakah kian mencuri cerita malamku?

Sehingga bermimpi saja dan raga pun enggan menyatu

Sudah ditaqdirkan kau pergi

Membawa dadaku yang direnggut kian mensunyi

Robekan jiwa terpecah di bawah sepi

Cinta itu kini

Mendusta sampai-sampai ke alam hati

Tak lagi dipercayai

Aku mencoba

Menata luka dan rasa putus jiwa

Membuang kisah kita

Dalam runtut frasa tak jadi lagi dighta

Satu tubuh kini tidak dibuat 2 rasa

Dipisah akibat pendusta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun